Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sisi Romantisme Kroasia Layak Ditiru Untuk Berprestasi

15 Juli 2018   21:48 Diperbarui: 15 Juli 2018   22:16 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti tertulis, "Dari domba menjadi singa, dibutuhkan usaha, kerja keras dan pantang menyerah". Untuk meraih hasil maksimal tersebut tidak hanya tiga unsur diatas, tetapi doa juga faktor utama penyempurna dari usaha dan kerja keras tersebut. Kini, kita bisa melihat apa ditampilkan oleh dua kontestan akhir Piala Dunia 2018 di Rusia dalam tajuk, Battle of Moskow.

Ya, inilah puncak dari perhelatan paling akbar di muka bumi ini, dimana dari awalnya dibuka Juli, satu bulan penuh kita dibuat ketar-ketir, berdecak kagum dan tanpa tedeng aling-aling harus menyempatkan waktu didepan layar televisi atau layar HP, bahkan di layar monitor komputer untuk menyaksikan partai-partai dari penyisihan grup hingga final nanti malam.

Inilah partai puncak yang paling ditunggu, tetapi bisa juga partai antiklimaks, karena tim penghuni finalis, bukan tim-tim seperti yang dibayangkan sebelumnya, atau seperti yang diprediksikan banyak pihak.

Ya, yang menjadi finalisnya, ternyata Kroasia dan Perancis. Namun, itulah sepakbola. Lagi-lagi tim yang dianggap 'domba', bisa sekejap berubah menjadi 'singa' lapar yang mengaum dan menyantap mangsanya dengan cara diluar nalar kita.

Melihat perjalanan Vetrani atau si lidah api, maka negara kita sangat pantas untuk belajar pada negara kecil berpenduduk 4,17 juta jiwa ini. bagaiman tidak? Dengan penduduk sangat sedikit, namun mampu menembus final di tahun 2018 dan sebelumnya 20 tahun lalu bisa meraih peringkat tiga. Sungguh prestasi hebat.

Saya jadinya berpikir seperti ini: "Apa lebih gampang mengumpulkan 23 pemain dari negara kecil, dibandingkan negara kepulauan dengan penduduk yang begitu besar?".

Vetrani bergabung di grup neraka karena dihuni Argentina, Nigeria dan Islandia, namun Luca Modric dan kawan-kawan mampu meraup poin sempurna setelah mengkandaskan tim-tim tersebut. Yang paling fenomenal tentunya membungkam Argentina dengan skor telak 3-0. Awal The Blazer disebut tim Kuda Hitam Kelas Wahid.

Di babak 16 besar sudah menunggu tim dinamit Denmark, namun dapat ditunddukkan walau harus adu penalty. Dan Kroasia bisa melaju ke babak perempat final bersua dengan tuan rumah, Rusia.

Lagi-lagi mental juara yang telah terpupuk di skuad Zlatko Dalic mampu meladeni permainan anak asuh Stanislav Cherchesov, sehingga permainan 90 menit + (perpanjangan waktu), skor tetap 2-2 hingga akhirnya harus dituntaskan lagi lewat adu penalty.

Lagi-lagi keberuntungan Igor Akinfeew ternyata masih dibawah bayang-bayang Danijel Subasic yang mampu memblok tendangan Fernandes, sehingga Vetrani lolos ke babak semifinal bersua Inggris.

Disinilah letak romantisme Vetrani karena mampu mengulang sejarah 20 tahun lalu, dimana generasi emas negara Balkan ini mampu lolos higga ke semifinal di Perancis 1998.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun