Sejauh ini tim-tim unggulan ulasan saya di Piala Dunia 2018 Rusia masih eksis, sebut saja Argentina, Spanyol, dan Belgia bisa lolos ke babak knock out dengan selamat. Kredit khusus harus kita berikan pada Argentina sang finalis empat tahunan lalu bisa lolos dari lubang jarum dengan poin 4 hasil satu seri, satu kemenangan dramatis kontra Nigeria.
Ya, akhirnya doa para pendukung Tanggo diseluruh dunia dikabulkan setelah secara menegangkan bisa memenangkan pertandingan hidup-mati lawan The Super Eagles dengan skor 2-1. Adalah Marcus Rojo, si penghangat bangku cadangan Manchester United muncul jadi malaikat penyelemat Argentina dengan golnya di menit-menit akhir pertandingan, menghantarkan Albiceleste lolos ke babak 16 besar. Selamat Argentina masih bisa menghela nafas dan memperbaiki penampilan sehingga mimpi juara terwujud!
Mistis Piala Dunia
Jika selama ini sepakbola sering dikait-kaitkan dengan hal-hal berbau mistis, magis, kutukan, dan ramalan? Maka Piala Dunia kali ini benar-benar adanya, walau bola itu bundar, menggelinding sesuka hatinya? Namun kemistisannya lebih kuat menghinggapi tim-tim untuk menerima kenyataan, mengalami kesialan atau keberuntungan? Dua sisi mata uang yang selalu terjadi dalam sepakbola!
Siapa sangka Jerman bisa angkat koper lebih awal? Sebelum kita bahas kesialan atau lebih tepatnya kutukan yang menimpa Tim Panser, kita bahas terlebih dahulu dewi fortuna yang menaungi Albiceleste! Bayangkan dengan point hanya 4 bisa lolos? Padahal Iran misalnya, juga mengoleksi poin 4, dengan kemasukan yang lebih sedikit dari Argentina, tetapi tidak lolos! Bukti dewi fortuna itu benar-benar ada dalam kamus sepakbola!
Argentina dan Jerman adalah finalis empat tahun lalu dan semenjak Perancis 1998 lah kita katakan, kutukan Piala Dunia kentara aromanya. Ya, tidak ada timnas yang mampu menjadi juara dua kali berturut-turut semenjak Piala Dunia 1974! Dan juara Piala Dunia edisi sebelumnya, ketika mentas kembali empat tahun kemudian, pasti mengalami kegagalan! Tidak percaya? Berikut ulasannya:
Dimulai dari Piala Dunia 1998, tuan rumah Perancis sukses menggondol tropi Jules Rimet, namun empat tahun kemudian? Tepatnya Piala Dunia Korsel-Jepang 2002, Perancis justru babak belur disingkirkan Denmark di babak penyisihan grup. Sementara Brazil yang jadi runner-up malah tampil jadi juara dunia untuk ke limakalinya sepanjang sejarah keikut sertaan mereka di pesta sepakbola empat tahunan itu.
Di Piala dunia 2006, sang juara bertahan kembali ketimpa sial, setelah melangkah dari babak penyisihan dengan mulusnya, juga di babak 16 besar sukses membantai Ghana dengan skor telak 3-0, namun Ronaldo, cs harus menerima kutukan di babak perempat final! Zinedine Zidane dan kawan-kawan mengalahkan tarian samba lewat gol tunggal Thiery Henry menit ke-57. Mitos sang juara terlempar dari turnamen terbukti kembali.
Sementara Jerman sang runner-up edisi Piala Dunia 2002 masih lebih baik nasibnya, walau harus menelan pil pahit kalah di kandang sendiri dari Italia yang akhirnya jadi Juara, dengan skor telak 2-0, tetapi Jerman mengawali generasi emasnya untuk terus menjadi pesaing turnamen.
Masuk ke edisi 2010, lagi-lagi sang juara bertahan Italia harus keok dengan kutukan 'juara bertahan' tersingkir di babak penyisihan grup! Italia tidak berkutik, kendati masih diperkuat mayoritas pemain yang menghantarkan Italia menjadi juara keempat kalinya di tahun 2006, namun penampilan melempem memaksa Azzuri menerima kutukan juara bertahan tersingkir!.
Perancis lebih parah lagi, regenerasi yang mandek setelah habisnya era Zizou plus aksi menanduk Materazzi yang masih membekas membuat Ayam Jantan terpuruk, mengikuti jejak Italia angkat koper lebih awal.
Sang juara baru, Spanyol Piala Dunia Afrika Selatan 2010, di edisi Piala Dunia 2014 Brazil juga harus menerima kutukan "Coupe du Monde". Sematan kandidat juara setelah secara fenomenal menjuarai Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010 dengan pertahanan terbaik setelah hanya kebobolan dibawah 7 gol secara turnamen, di Brazil 2014, Spanyol lagi-lagi dipaksa angkat koper setelah dibabak penyisihan dikubur oleh Cile dan Belanda! Pembalasan setimpal sukses dilakoni penghasil Bunga Tulip tersebut dengan skor fantastis 1-5.
Bagaimana nasib runner-up? Tim Orange sukses menggapai babak semifinal sebelum dikandaskan Albiceleste dalam pertarungan adu nasib tendangan penalty. Dan Jerman dengan fenomenalnya menjuarai Piala Dunia untuk ke empat kalinya di tanah Amerika Latin untuk mematahkan mitos jika turnamen di negara Amerika Latin, tim-tim Eropa tidak berkutik, setelah di babak perpanjangan waktu mengkandaskan mimpi Tim Tanggo untuk meraih tropi Jules Rimet untuk ketiga kalinya dibawah komando Messi.
Jerman Kena Kutukan
Nah, mitos itu kembali bertuan pada pemegang sementara trofi resmi bernama Piala Dunia FIFA, setelah tropi asli bernama "Coupe du Monde" telah resmi direbut dan disimpan oleh Tim Samba Brazil setelah berturut-turut memenangi gelar bergengsi ini sejak tahun 1958, 1962, dan 1970 berturut-turut, dan sesuai regulasi FIFA, mereka berhak menyimpannya.
Sehingga, tahun 1974, tropi baru ciptaan seniman Italia, Silvio Gazzaniga, kembali diperebutkan dan telah diangkat oleh kapten-kapten tim yang berbeda-beda dan belum ada kapten dari negara yang sama mengangkat tropi ini sebanyak dua kali.
Apakah saat membuat tropi ini ada sumpah diucapkan oleh penciptanya, bahwa tidak akan ada tim yang sama mengangkat piala dunia ini sebanyak dua kali atau lebih? Sampai kapan kutukan lingkaran bola dunia yang mewakili citra dari semua benua berisi emas 18 karat ini terpecahkan?
Kembali Piala Dunia 2018 Rusia, kutukan itu resmi terjadi buat Jerman sang pemegang tropi Coupe du Monda setelah harus angkat koper karena kekalahan dramatis dari Korsel di pertandingan terakhir babak penyisihan grup. Jerman tidak disangka harus menelan pil pahit tersingkir, walau menguasai seluruh pertandingan selama 90 menit penuh!
Namun, harus mengakui keunggulan Korsel dan kemasukan dua gol. Benarlah prediksi bahwa Tim Panser bakal diuber oleh semua tim untuk berlomba-lomba menandingi dengan kekuatan terbaik masing-masing tim. Pertama Meksiko secara mengejutkan sukses menumbangkan mereka, plus Korsel yang bermain tanpa beban seakan-akan menikmati permainan untuk merubuhkan mental juara Tim Panser sehingga bisa memenangkan pertandingan.
Padahal secara kualitas dan secara psikis, Korsel seharusnya bisa saja memberikan kemenangan mudah buat Jerman! Tetapi itu tadi, predikat juara bertahan itu membuat beban Jerman berat dan terpuruk dan lawan mereka punya kekuatan mistis tersendiri untuk mengalahkan Tim Panser.
Siklus Runner-up Jadi Juara Piala Dunia Â
Jika merunut ke belakang, semenjak tahun 1974 memang kutukan juara tidak akan bisa memenangi untuk kali kedua terbukti sudah!
Tapi beda untuk tim runner-up. Tercatat tim runner-up bisa jadi juara dunia di edisi berikutnya! Contoh, Piala Dunia 1986, Jerman Barat kala itu kalah dari Argentina di Final, namun empat tahun kemudian? Piala Dunia 1990 di Italia? Jerman Barat balik menggasak Argentina di Final dengan skor 3-2 untuk Jerman merebut tropi Jules Rimet ke tiga kalinya!.
Lalu Brazil di Piala Dunia 1998, dikandaskan tuan rumah, tetapi empat tahun kemudian di Piala Dunia 2002, Korsel-Jepang? Samba Brazil malah menggila lewat sepasang gol Ronaldo da Lima.
Melihat statistik runner-up Piala Dunia bisa menjadi juara dunia edisi berikutnya? Tidak tertutup kemungkinan edisi ke-21 ini runner-up di edisi tahun 2014 bakal menjadi juara Piala Dunia. Tidak percaya?
Prediksi memang susah, tetapi mencoba memprediksikan adalah suatu keberanian untuk membuktikan apakah spekulasi dalam sepakbola bisa menjadi pembenaran? Banyak contoh prediksi bisa berbalik 180 derajat, dan juga bisa menjadi benar-benar kenyataan.
Melihat performa Argentina yang kembali diawal-awal pertandingan mandek, bahkan bisa dibilang seperti jalan yang dilalui Portugal kala menjadi juara Eropa 2016?
Tidak salah memang memprediksikan Argentina yang terseok-seok dibabak penyisihan grup bakal kembali melenggang dan bahkan juara! Pencapaian Argentina sejauh ini masih lebih baik dari yang ditorehkan Portugal di EURO 2016 dapat jatah runner-up terbaik grup!
Tidak percaya? Mari kita permainan Albicelesta yang lebih baik dan bagus dari tiga pertandingan sebelumnya saat akan berjumpa dengan Tim Ayam Jantan, Perancis. Les Blues akan dibuat tidak berkutik oleh tarian ala Tanggo.
Untuk itu jangan lupa menyiapkan Kacang Garuda, sebab tidak enak nonton bola tanpa ditemani Kacang produk dalam negeri ini. Jadi, "jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda!", sehingga saat nonton tidak merasa bosan dan tidak canggung untuk melakukan aksi-aksi di depan layar kaca saat mendukung tim favorit sedang bertanding.
Enam jam ke depan kita akan menanti apakah Dewi Fortuna kembali menaungi Argentina? Atau si Ayam Jantan yang akan berkokok? Yang pasti kutukan juar bertahan terhenti sudah pasti! Tinggal bagaimana kiprah si Runner-up Albiceleste? Dengang ditemani Kacang Garuda, saya mendukung Argentina mengkandaskan Perancis! Salam Olahraga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H