Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kutukan "Coupe du Monde" Kekal Buat Juara Bertahan, Bukan Untuk Runner-up

30 Juni 2018   14:42 Diperbarui: 30 Juni 2018   14:49 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh ini tim-tim unggulan ulasan saya di Piala Dunia 2018 Rusia masih eksis, sebut saja Argentina, Spanyol, dan Belgia bisa lolos ke babak knock out dengan selamat. Kredit khusus harus kita berikan pada Argentina sang finalis empat tahunan lalu bisa lolos dari lubang jarum dengan poin 4 hasil satu seri, satu kemenangan dramatis kontra Nigeria.

Ya, akhirnya doa para pendukung Tanggo diseluruh dunia dikabulkan setelah secara menegangkan bisa memenangkan pertandingan hidup-mati lawan The Super Eagles dengan skor 2-1. Adalah Marcus Rojo, si penghangat bangku cadangan Manchester United muncul jadi malaikat penyelemat Argentina dengan golnya di menit-menit akhir pertandingan, menghantarkan Albiceleste lolos ke babak 16 besar. Selamat Argentina masih bisa menghela nafas dan memperbaiki penampilan sehingga mimpi juara terwujud!

Mistis Piala Dunia

Jika selama ini sepakbola sering dikait-kaitkan dengan hal-hal berbau mistis, magis, kutukan, dan ramalan? Maka Piala Dunia kali ini benar-benar adanya, walau bola itu bundar, menggelinding sesuka hatinya? Namun kemistisannya lebih kuat menghinggapi tim-tim untuk menerima kenyataan, mengalami kesialan atau keberuntungan? Dua sisi mata uang yang selalu terjadi dalam sepakbola!

Siapa sangka Jerman bisa angkat koper lebih awal? Sebelum kita bahas kesialan atau lebih tepatnya kutukan yang menimpa Tim Panser, kita bahas terlebih dahulu dewi fortuna yang menaungi Albiceleste! Bayangkan dengan point hanya 4 bisa lolos? Padahal Iran misalnya, juga mengoleksi poin 4, dengan kemasukan yang lebih sedikit dari Argentina, tetapi tidak lolos! Bukti dewi fortuna itu benar-benar ada dalam kamus sepakbola!

Argentina dan Jerman adalah finalis empat tahun lalu dan semenjak Perancis 1998 lah kita katakan, kutukan Piala Dunia kentara aromanya. Ya, tidak ada timnas yang mampu menjadi juara dua kali berturut-turut semenjak Piala Dunia 1974! Dan juara Piala Dunia edisi sebelumnya, ketika mentas kembali empat tahun kemudian, pasti mengalami kegagalan! Tidak percaya? Berikut ulasannya:

Dimulai dari Piala Dunia 1998, tuan rumah Perancis sukses menggondol tropi Jules Rimet, namun empat tahun kemudian? Tepatnya Piala Dunia Korsel-Jepang 2002, Perancis justru babak belur disingkirkan Denmark di babak penyisihan grup. Sementara Brazil yang jadi runner-up malah tampil jadi juara dunia untuk ke limakalinya sepanjang sejarah keikut sertaan mereka di pesta sepakbola empat tahunan itu.

Di Piala dunia 2006, sang juara bertahan kembali ketimpa sial, setelah melangkah dari babak penyisihan dengan mulusnya, juga di babak 16 besar sukses membantai Ghana dengan skor telak 3-0, namun Ronaldo, cs harus menerima kutukan di babak perempat final! Zinedine Zidane dan kawan-kawan mengalahkan tarian samba lewat gol tunggal Thiery Henry menit ke-57. Mitos sang juara terlempar dari turnamen terbukti kembali.

Sementara Jerman sang runner-up edisi Piala Dunia 2002 masih lebih baik nasibnya, walau harus menelan pil pahit kalah di kandang sendiri dari Italia yang akhirnya jadi Juara, dengan skor telak 2-0, tetapi Jerman mengawali generasi emasnya untuk terus menjadi pesaing turnamen.

Masuk ke edisi 2010, lagi-lagi sang juara bertahan Italia harus keok dengan kutukan 'juara bertahan' tersingkir di babak penyisihan grup! Italia tidak berkutik, kendati masih diperkuat mayoritas pemain yang menghantarkan Italia menjadi juara keempat kalinya di tahun 2006, namun penampilan melempem memaksa Azzuri menerima kutukan juara bertahan tersingkir!.

Perancis lebih parah lagi, regenerasi yang mandek setelah habisnya era Zizou plus aksi menanduk Materazzi yang masih membekas membuat Ayam Jantan terpuruk, mengikuti jejak Italia angkat koper lebih awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun