Ditempat lain, sang kejahatan juga mulai menancapkan kukunya diatas bumi yang damai ini. Memperbanyak keturunannya dan menjadikan bumi ini penuh hawa nafsu akan kekuasaan, sehingga peperangan dan ketidak adilan merajalela di muka bumi.
Si Rukun dan si Toler terus diajari dan dinasehati oleh sang ayah Naga, dibekali dengan ilmu-ilmu kesaktian dan pedoman-pedoman hidup. Sementara sang kakek mereka Batara Guru juga sering datang untuk menemui dan mengajari mereka akan petunjuk-petunjuk lain yang perlu sebagai bekal mereka dalam mewujudkan bumi yang damai.
***
Setelah dewasa dan saatnya mereka harus melaksanakan tugas masing-masing, maka Batara Guru pun turun dan memberikan wejangan, nasehat serta makna dan tugas masing-masing untuk menjaga bumi.
Si Rukun, diartikan oleh Batara Guru sebagai sosok yang harus mewujudkan kerukunan diantara seluruh umat di dunia, tidak hanya di sekitar tempat mereka sekarang menginjakkan bumi yang kelak oleh keturunan mereka dinamai dengan bumi Indonesia, tetapi di seluruh jagad raya ini. Si Rukun harus mampu menyadarkan umat keturunannya menjaga kerukunan dan mengusahakan jikalau ada permasalahan harus bisa diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mufakat dan mengesampingkan rasa ego yang berlebihan, serta menghindari konflik sosial yang berujung pada peperangan.
Sementara si Toler, diartikan Batara Guru sebagai sosok yang harus bekerja lebih keras membangun budaya toleransi, budaya saling menghargai antara satu sama lain, karena tidak ada mahluk yang diciptakan Sang Pencipta sama persis, tetapi memiliki perbedaan. Si Toler harus mampu mewujudkan perbedaan atau keberagaman itu sebagai suatu senjata yang mempersatukan, harus mampu membuat perbedaan itu adalah harmoni, ibarat pelangi dimana warna-warni itu menjadi sangat indah apabila dipersatukan. Si Toler harus mampu membuat orang-orang di dunia ini bersikap toler jika ingin rukun dan damai.
Begitulah, si Rukun dan si Toler diberangkatkan oleh kedua orangtuanya dan Eyang Batara Guru. Mereka diberikan bekal secukupnya dan di utus dengan mengendarai Burung Garuda untuk mulai melakukan tugas masing-masing ke seantero dunia ini yang dilanda peperangan. Tugas mereka adalah mendamaikan bumi yang bergejolak dengan kemampuan masing-masing. Si Rukun membuat manusia rukun, si Toler membuat manusia memiliki sikap toleransi.
***
Sementara Dewa Batara Guru membawa pulang Putri Parujar dan Dewa Penjaga Bulan kembali ke Kayangan karena mereka telah selesai menunaikan tugasnya di bumi. Si Putri Parujar ditempatkan Batara Guru di Bulan dan bertenun disana, sementara Dewa Penjaga Bulan menjadi penjaga Bulan menemani sang putri.
Sementara si Rukun dan si Toler mulai melaksanakan misi perdamaiannya di bumi, mereka bekerja sangat keras untuk menyadarkan setiap manusia yang dijumpainya agar memiliki sikap dan sifat rukun dan toleran. Begitulah mereka bekerja siang dan malam, pagi dan subuh, terbang kesana kemari, berpindah tempat mengitari bumi bersama dengan burung Garuda milik mereka untuk menyebarkan sikap dan sifat Rukun dan Toleransi sampai detik ini.
***