Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjaga Keindahan Alam Papua yang Kaya Raya, Kunci Sukses Masa Depan Parawisata Papua

31 Desember 2016   14:23 Diperbarui: 31 Desember 2016   14:37 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papua Mengalami perkembangan pesat dan bersiap jadi destinasi wisata tingkat dunia. sumber: www.netralnews.com

Siapa yang tidak kenal Papua? Sekilas kita memang dihadapkan pada provinsi paling timur yang selama ini dikenal dengan konflik yang berkelanjutan, kenapa? Karena Pemerintah selalu meng-anaktirikan mereka dalam hal pembangunan, padahal di Provinsi yang melahirkan sosok pahlawan yang masuk dalam lembaran mata uang Rp. 10.000 seri baru, Frans Kaisiepo ini menyimpan sumber daya alam yang kaya raya dan juga keindahan alam yang layak di jual dan dijadikan destinasi wisata dalam upaya pemerintah untuk menggalakkan sektor Parawisata sebagai penyuplai devisa bagi negara.

Yah, Papua menjadi salah satu harapan besar dalam sepuluh destinasi wisata yang dikembangkan oleh Pemerintah, terbukti dengan kesibukan pak Jokowi untuk sering-sering blusukan ke tanah Papua dan menyemangati warga Papua agar semangat membantu program Pemerintah dan memberikan akses pembangunan seluas-luasnya di tanah yang sangat begitu luas itu. Papua, merupakan provinsi yang paling luas wilayahnya di Indonesia. Luas Provinsi Papua kurang lebih 410.660 Km2 atau merupakan 21% dari luas seluruh wilayah Indonesia. Jadi sangat heran apabila keindahan alamnya dibiarkan begitu saja dan tidak dikelola dengan baik untuk menyumbang devisa bagi negara kita.

Lebih dari 70% masih tertutup oleh hutan-hutan tropis yang memungkinkan para wisatawan logal maupun mancanegara datang untuk berwisata ke negeri indah ini. Mungkin kita hanya mengenal Raja Ampat, sebagai destinasi wisata yang sudah mendunia, pun dengan keindahan Danau Sentani, cita rasa Kopi Amungme, atau kerajinan tradisional suku Kamoro yang sudah melekat di otak kita, padahal Papua tidak hanya itu saja. Ada kelompok suku lain yang tetap mempertahankan ciri khas suku mereka di pedalaman-pedalaman Papua, seperti Jayawijaya, Merauke, Yapen Waropen, Paniai dan Kepala Burung yang kesemuanya masi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya secara utuh dan sulit dipengaruhi oleh kebudayaan luar.

Papua sudah saatnya berbenah untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa di provinsi yang berdekatan dengan Australia ini mampu mendulang devisa bagi pertumbuhan dan pembangunan di Papua berkat keindahan alam yang layak untuk dijual dan menarik minat para turis dunia. Papua harus mampu menunjukkan selain memiliki tambang emas terbesari di Indonesia, bahkan di dunia yang dikelola oleh PT Freeport. Di tengah-tengah turunnya ekspor Indonesia akibat lesunya perdagangan dunia.

Sektor parawisata harus memang dikembangkan dan Presiden Jokowi telah mencanangkan hal itu dengan pembangunan yang pesat di Papua. Terbukti berbagai pembangunan infrastruktur mendukung program parawisata di Papua telah mengalami perkembangan yang pesat salama dua tahun belakangan ini. Apa saja keberhasilan pak Jokowi di Papua tidak cukup waktu untuk membahasnya yang memberikan kebahagiaan dan kepuasan di masyarakat Papua. Contoh kecil, seperti : jalan trans, tol, hingga pembangunan pasar-pasar rakyat menjadi prioritas presiden, belum lagi layanan kesehatan, pendidikan dan jembatan serta pelabuhan menjadi target agar Papua cepat berkembang.

Sudah saatnya dunia mengenal Bumi Cendrawasih dengan segala keindahan alam dan keanekaragaman budaya mereka, bayangkan ada 250 lebih macam bahasa daerah sesuai dengan kelompok suku yang diidentifikasi ada di Papua, belum lagi keanekaragaman Flora dan Fauna yang hidup di alam Papua, seperti : Auranlaris, librocolnus, grevillea, ebny-dium, dan lainnya. Di Papua terdapat flora alam yang pada saat ini dalam proses pengembangan baik secara nasional maupun internasional, yaitu sejenis Anggrek yang termasuk di dalam Farmika Orctdacede yang langka di dunia.

Anggrek alam Papua tumbuhnya terbesar dari pantai lautan rawa sampai ke pegunungan, umumnya hidup sebagai epihite menempel pada pohon-pohon maupun di atas batu-batuan serta di atas tanah, humus di bawah pohon primer yang seharusnya menjadi nilai jual tinggi bagi para turis yang datang ke Papua.

Sementara untuk Flora, bumi cendrawasih memiliki keunikan, banyak jenis hewan yang ada di sumatera atau jawa tetapi tidak hidup di Papua dan sebaliknya. Jenis hewan langka yang ada di Australia pasti ada di Papua, seperti Kanguru, kasuari, Mambruk, dan lainnya, sehingga ngapain kita capek-capek ke Australia? Mending ke Papua!

Belum lagi keindahan burung Cendrawasih yang merupakan burung tercantik di dunia? Selain itu ada burung Mambruk, Kasuari, Kakatua dan lainnya yang memberikan corak tersendiri untuk keindahan dan hewan-hewan tersebut harus dilindungi agar tidak punah dan tinggal sejarah nantinya, tetapi dilestarikan untuk anak cucu kita!

Jenis fauna laut Papua juga sangat banyak dan beranekaragam, misalnya Ikan Cakalang, ikan Hiu, Udang dan sejenis ikan lainnya yang memang membuat Papua memiliki kekayaan alam tiada duanya di dunia ini, sehingga tidak heran apabila bapak Presiden kita bolak-balik ke Papua untuk memastikan keamanan, kenyamanan dan pembangunan Papua yang menjadi prioritas beliau. Beliau ingin menghilangkan stigma negatif dan mindset yang selama ini beredar jika bumi Cendrawasih adalah bumi yang tidak pernah aman dari gejolak, bumi yang selalu bergolak dengan berbagai kepentingan.

Tugas selanjutnya tentunya menjaga Taman Nasional Lorentz yang merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik. Kawasan ini juga merupakan salah satu dari tiga kawasan dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Membentang dari puncak gunung yang diselimuti salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan Laut Arafura.

Dalam bentangan ini, terdapat spektrum ekologis menakjubkan dari kawasan vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, dataran rendah dan lahan basah. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Balliem. Sebanyak 34 tipe vegetasi di antaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan penunungan, padang rumput dan lumut kerak merupakan keindahan tiada duanya di bumi pertiwi ini.

Belum lagi jenis-jenis tumbuhan di taman nasional Lorentz ini, seperti: Nipah (Nypa fruticans), bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia Marina, Podocarpus pilgeri dan Nauclea coadunata dan jenis satwa yang dilindungi sebanyak 630 jenis burung yang menjadi ciri khas bumi Cendrawasih ada disini yang tentunya menantang kita untuk berkunjung kesana dan menikmati semuanya itu.

Taman ini telah ditetapkan oleh UNESCO dan Warisan Alam ASEAN sebagai Situs Warisan Alam Dunia karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang oleh keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut telah berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman suku Nduga, Dani Barat, Amungme, Sempan dan Asmat dan kemungkinan masih dihuni oleh suku terpencil di hutan belantara yang belum tersentuh oleh peradaban modern.

Suku Asmat yang terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya memiliki filosofi akan hutan dan pohon. Mereka percaya jika batang pohon dilambangkan dengan tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai kepala manusia. Sehingga mereka menganggap pohon sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka. Inilah kebudayaan mereka yang menghormati alam beserta isinya, seperti sungai dan gunung-gunung. Kebudayaan yang tidak jauh beda dengan kebudayaan yang ada di Sumatera Utara. Hal inilah yang menarik minat saya untuk membuat sebuah resolusi di tahun 2017 untuk menjelajahi Papua atau Bumi Cendrawasih.

Yah, kesohoran dan kekayaan alam yang ada disana, sangat menarik minat dan menjadi cita-cita saya untuk berkunjung ke negeri Papua setelah Danau Toba dan Kalimantan. Menikmati destinasi wisata di negeri sendiri ketimbang ke luar negeri seharusnya menjadi tujuan seluruh masyarakat Indonesia. Jika tidak kita-kita, lantas siapakah yang akan menghargai dan menjelajahi bumi Nusantara yang sangat luas ini? Ketika pak Jokowi bolak-balik ke Papua, maka ini menjadi tantangan besar bagi kita untuk berwisata ke Papua, selain melihat keindahan alamnya, juga untuk mengenal lebih dekat budaya dan berbagai kerajinan yang telah mereka buat. Mari berwisata ke bumi Cendrawasih ini, mari kita rasakan pembangunan yang dikebut oleh Pemerintah Jokowi. Mari!   

By: Mr. Oloan (KOMED)

Fb: https://www.facebook.com/agus.oloan

Twitt: https://twitter.com/OloanSRO

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun