Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjaga Keindahan Alam Papua yang Kaya Raya, Kunci Sukses Masa Depan Parawisata Papua

31 Desember 2016   14:23 Diperbarui: 31 Desember 2016   14:37 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papua Mengalami perkembangan pesat dan bersiap jadi destinasi wisata tingkat dunia. sumber: www.netralnews.com

Dalam bentangan ini, terdapat spektrum ekologis menakjubkan dari kawasan vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, dataran rendah dan lahan basah. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Balliem. Sebanyak 34 tipe vegetasi di antaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan penunungan, padang rumput dan lumut kerak merupakan keindahan tiada duanya di bumi pertiwi ini.

Belum lagi jenis-jenis tumbuhan di taman nasional Lorentz ini, seperti: Nipah (Nypa fruticans), bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia Marina, Podocarpus pilgeri dan Nauclea coadunata dan jenis satwa yang dilindungi sebanyak 630 jenis burung yang menjadi ciri khas bumi Cendrawasih ada disini yang tentunya menantang kita untuk berkunjung kesana dan menikmati semuanya itu.

Taman ini telah ditetapkan oleh UNESCO dan Warisan Alam ASEAN sebagai Situs Warisan Alam Dunia karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang oleh keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut telah berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman suku Nduga, Dani Barat, Amungme, Sempan dan Asmat dan kemungkinan masih dihuni oleh suku terpencil di hutan belantara yang belum tersentuh oleh peradaban modern.

Suku Asmat yang terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya memiliki filosofi akan hutan dan pohon. Mereka percaya jika batang pohon dilambangkan dengan tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai kepala manusia. Sehingga mereka menganggap pohon sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka. Inilah kebudayaan mereka yang menghormati alam beserta isinya, seperti sungai dan gunung-gunung. Kebudayaan yang tidak jauh beda dengan kebudayaan yang ada di Sumatera Utara. Hal inilah yang menarik minat saya untuk membuat sebuah resolusi di tahun 2017 untuk menjelajahi Papua atau Bumi Cendrawasih.

Yah, kesohoran dan kekayaan alam yang ada disana, sangat menarik minat dan menjadi cita-cita saya untuk berkunjung ke negeri Papua setelah Danau Toba dan Kalimantan. Menikmati destinasi wisata di negeri sendiri ketimbang ke luar negeri seharusnya menjadi tujuan seluruh masyarakat Indonesia. Jika tidak kita-kita, lantas siapakah yang akan menghargai dan menjelajahi bumi Nusantara yang sangat luas ini? Ketika pak Jokowi bolak-balik ke Papua, maka ini menjadi tantangan besar bagi kita untuk berwisata ke Papua, selain melihat keindahan alamnya, juga untuk mengenal lebih dekat budaya dan berbagai kerajinan yang telah mereka buat. Mari berwisata ke bumi Cendrawasih ini, mari kita rasakan pembangunan yang dikebut oleh Pemerintah Jokowi. Mari!   

By: Mr. Oloan (KOMED)

Fb: https://www.facebook.com/agus.oloan

Twitt: https://twitter.com/OloanSRO

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun