Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Bola

Siapa Bilang Italia Tidak Punya Taring?

14 Juni 2016   22:13 Diperbarui: 14 Juni 2016   22:17 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antonio Conte membuktikan bahwa Skuad yang dia bawa memiliki taring untuk mengoyak-oyak lawan-lawan mereka. sumber : www.bola.sportdetik.com

Ketika saya atau Anda penggemar Gli Azzuri menjagokan Italia menjadi calon juara EURO 2016, mungkin banyak kalangan atau teman Anda mencibir, yah memang Italia datang ke Perancis tidak dalam kondisi lengkap. Tidak dipanggilnya seorang “dirgen” sekelas Andrea Pirlo, absennya Claudio Marchissio, Marco Verrati menjadikan finalis EURO 2012 yang diselenggarakan di Polandia-Ukraina ini hanya bertengger di posisi 6 oleh pasar-pasar taruhan untuk menjuarai Piala Eropa 2016.

Pasar taruhan yang terkadang menjadi acuan bagi para pecinta bola dalam mendukung tim kesayangannya, menempatkan Perancis-sang tuan rumah-di urutan paling atas, lalu Jerman-sang jawara Piala Dunia 2014 di urutan 2, lalu ada Spanyol-juara bertahan-dan Inggris, serta Belgia di urutan 4 dan 5 menjadi kandidat juara atau melaju ke babak semifinal EURO 2016. Sungguh tragis, Italia yang selalu diunggulkan, ternyata jauh dari kata kandidat semifinalis.

Sementara Gli Azzuri datang dengan bermaterikan pemain yang sudah uzur + pemain-pemain setengah matang yang bermain di sejumlah klub top Italia dan beberapa liga Eropa lainnya. Banyak yang pesimis dengan skuad yang dibawa Allenatore Antonio Conte yang sehabis EURO 2016 akan melatih klub kaya Chelsea.

Berada di grup E yang dihuni oleh Belgia, Swedia dan Irlandia sehingga disebut dengan “grup neraka”, karena diisi oleh tim-tim yang cukup merata menjadikan Italia tidak terlalu diunggulkan untuk melenggang jauh di EURO 2016 ini, namun semua keraguan itu dijawab sudah ketika Gli Azzuri melakoni pertandingan pertama kontra tim bertabur bintang dari generasi emas Belgia yang malah diunggulkan juara grup E, bahkan diprediksi sampai ke babak semifinal EURO 2016 setelah terakhir kalinya menjadi runner-up di tahun 1980.

Berhasil melumat Belgia

Bertanding di stadion Parc Olympique Lyonais, Lyon tuan rumah Belgia langsung menggebrak dengan sejumlah pemain-pemain terbaik di generasi emas mereka. Dikomandoi oleh Eden Hazard-bermain di Chelsea-yang didapuk sebagai kapten tim, mampu menguasai jalannya pertandingan, namun Italia dengan kuartet pemain-pemain belakang yang sudah teruji di Liga maupun di Eropa, yang dijuluki B-BBC (Buffon-Barzagli-Bonucci-Chiellini) yang ditopang oleh De Rossi-Candreva-Darmian, dan Giaccherini mampu menahan gempuran-gempuran tim iblis Merah yang diisi oleh Kevin de Bruyne, Romero Lukaku, Radja Nainggolan dan Fellaini.

Tau akan kapasitas tim yang dia besuk, Antonio Conte menerapkan pertahanan grandel yang tidak asing lagi bagi dia, karena aliran Catenaccio sudah berada dalam darah pria berusia 48 tahun ini. Dan permainan dengan parkir bus ini dikritik langsung oleh pelatih the Reds Devils, Belgia-Marc Wilmots-yang menyatakan bahwa gaya permainan yang ditunjukkan oleh Italia sudah mencederai sepakbola modern. Padahal, seharusnya dia ingat bahwa sepakbola adalah permainan strategi dan taktik untuk meraih kemenangan. Conte tau bagaimana kualitas teknik, skill dan tenaga para pemain-pemain muda Belgia yang disebut dengan generasi emas ini akan memporak-porandakan pertahanan Italia, jika Italia meladeni permainan terbuka Belgia.

Tentunya kita masih ingat, seorang Mourinho saja menghalalkan Catenaccio kala membawa Inter Milan meraih gelar Liga Champions 2010 setelah mengkandaskan Barcelona di semifinal dengan skor 3-2, dan di final yang lebih mencengangkan mampu mengalahkan Bayern Munchen di Santiago Bernebeu dengan skor yang sama kala Italia melumat Belgi dengan skor 2-0. Dengan pertahanan grandel-nya Mourinho kala itu mencetak gol lewat serangan balik cepat lewat sepasang gol Diego Milito.

Kembali ke pertandingan Italia vs Belgia, Justru Italia yang mampu membuat kejutan, tepatnya di menit 32 seorang Emanuela Giaccherini-debutan Allenatore asal klub Bologna-mampu memaksimalkan umpan panjang nan terukur Leonardo Bonucci (29 tahun), dengan sekali kontrol dan langsung menembak ke gawang Thibout Courtois yang digadang-gadang sebagai kiper terbaik di turnamen ini. Gol indah ini membuyarkan semua prediksi akan kemenangan mudah Belgia atas Italia.

Giaccherini, Pembeda dan pencetak gol pertama Italia ke gawang Belgia. sumber : www.bola.sportdetik.com
Giaccherini, Pembeda dan pencetak gol pertama Italia ke gawang Belgia. sumber : www.bola.sportdetik.com
Seusai gol tersebut, pertandingan semakin seru, saling jual serangan tercipta, menurut saya inilah partai terbaik sejak EURO 2016 dibuka oleh partai Perancis kontra Rumania. Belum ada yang mengimbangi partai seru yang tersaji dinihari tadi. Saking emosionalnya, seorang Antonio Conte mengalami luka dan berdarah-darah kala ia merayakan gol yang dilesakkan Giaccherini, ketika bibirnya ‘mencium’ kepala Simone Zaza kala dia dan pemain cadangannya berpelukan. “Saya bersedia mengorbankan fisik saya untuk tim!”, ucap Conte.

Ditengah gelombang serangan Belgia yang mampu dipatahkan oleh B-BBC dan pemain-pemain tengah Italia, petaka bagi Belgia kembali tersaji. Di menit 90+3 lewat serangan balik cepat, Antonio Candreva yang membawa bola menyisir dari kanan ke kiri pertahanan Belgia, memberikan umpan yang sangat matang kepada Graziano Pelle yang berdiri bebas yang langsung menyambutnya dengan tendangan voli mematikan. 2-0 untuk Italia.

Jangan Pernah Menilai Sesuatu Dari Luarnya

Ibarat pepatah, “Jangan pernah menilai kacang dari kulitnya”, cocok disematkan pada Gli Azzuri yang berlaga di EURO 2016 ini. Walau dihuni dengan pemain-pemain tua, seperti yan dirangkum oleh BBC, dimana starting XI yang dimainkan di laga kontra Belgia adalah yang tertua (31 tahun, 169 hari) dari negara-negara lain dalam sejarah perhelatan Piala Eropa, tetapi masih mampu menampilkan permainan terbaik mereka, tidak Cuma itu, mereka mampu mengimbangi pemain-pemain muda Belgia dan serasa masih satu umuran, padahal ‘Gigi’ Buffon (38 tahun), Chiellini (31 tahun), Barzagli (35 tahun), De Rossi (32 tahun), Parolo (31 tahun), Giaccherini (31 tahun), dan Pelle (30 tahun), adalah pemain-pemain yang merasa bahwa inilah turnamen terakhir mereka sebelum pensiun membela timnas Italia.

Seperti itulah timnas Italia yang dibawa oleh Antonio Conte, tidak dapat ditebak isinya, padahal dari luar kelihatan rapuh, tidak bertenaga, tidak memiliki kreasi dan imajinasi, miskin pemain bintang, lebih banyak diprediksi gagal total, pesimis menjagokan mereka ,dan konon hanya tim penggembira di Perancis 2016. Tetapi Antonio Conte dengan tegas mengatakan bahwa dia memiliki segudang taktik dan strategi atas para pemain yang dia bawa.

Istilah kerennya, Unpredictible, tidak dapat ditebak, itulah kejutan yang dibawa oleh Italia ke EURO 2016. So, setelah melumat Belgia, mari kita tunggu aksi-aksi Gli Azzuri berikutnya.

Go Azzuri..Go....

Salam Olahraga,

#EURO2016

#EURO 2016

#ItaliaJuaraEURO2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun