Sebagai Negara yang berdaulat, Majapahit melindungi wilayah kekuasaannya yang meliputi daerah Malaysia dan wilayah-wilayah Republik Indonesia sekarang. Di samping itu Majapahit memiliki politik hubungan antarbangsa yang terungkap dalam semboyan “Mitreka Satata” yang artinya “Persahabatan dengan dasar saling menghormati” dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara, seperti Birma, Kamboja, Thai, dan lain-lain.
Kehidupan keagamaan di Kerajaan Majapahit dilukiskan dengan baik sekali oleh Empu Tantular di dalam karangannya Sutasoma dengan kalimat “Bhinneka Tunggal Ika tan hanna darma mangrua” yang artinya walaupun berbeda, satu adanya, sebab tidak ada agama yang mempunyai tujuan berbeda. Agama-agama hidup berdampingan secara damai dan dilindungi oleh Negara. Sasanti Bhinneka Tunggal Ika yang tercantum pada lambang Negara kita sekarang ini ialah rumusan Empu Tantular di dalam kitabnya di atas. Di samping itu kitab Sutasoma memuat juga “Pancasila Krama” yang artinya “Lima dasar tingkah laku,” yaitu tidak boleh melakukan kekerasan, tidak boleh mencuri, tidak boleh berjiwa dengki, tidak boleh berbohong, dan tidak boleh mabuk minuman keras.
Pancasila, Jati Luhur Bangsa Indonesia
Dalam buku kecil berjudul “Pancasila” yang diterbitkan oleh Ki Hajar Dewantara, bapak Pendidikan Indonesia pada tahun 1950, yang menyebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno Hatta, bapak dari Ibu Megawati Soekarno Putri, Presiden kelima Indonesia, adalah pencipta nama “Pancasila”. Ini dibenarkan oleh sejarah, bersama dengan Mr. Muh. Yamin dan Prof. Soepomo, Pancasila digali untuk dirumuskan menjadi dasar negara Indonesia. “Pancasila adalah bangsa Indonesia, bahwa Pancasila itu telah lama tergurat pada jiwa bangsa Indonesia turun-temurun, Pancasila itu corak karakternya bangsa Indonesia, dan oleh karena penjajahan asing yang 350 tahun lamanya, Pancasila terbenam kembali di dalam bumi bangsa Indonesia, maka saya memberanikan diri untuk menarik kesimpulan bahwa:
1 JUNI 1945 BUKAN HARI LAHIRNYA PANCASILA, TETAPI LAHIRNYA PEMAKAIAN ISTILAH PANCASILA”. Begitulah isi pidato Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juni 1958 saat memperingati hari Pancasila di Jakarta.
Jadi mari kita memaknai 1 Juni itu adalah hari Pencetusan Pancasila menjadi jati luhur bangsa Indonesia.
Sekarang, Megawati dan seluruh keturunan Ir. Soekarno pasti menitikkan airmata bahagia, yah bahagia karena buah pemikiran brilian Ir. Soekarno dan para pendiri bangsa Indonesia tentang Konsep Pancasila sebagai Dasar Negara 1 Juni 1945 tahun yang lalu, kini diingat bahkan dimaknai sebagai Hari Lahir Pancasila yang patut diperjuangkan dan dipertahankan dengan diperingati sebagai hari Libur Nasional. Semoga Nilai-Nilai Pancasila tetap dimaknai sebagai Jati Luhur Bangsa, Semoga bermakna !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H