Ketiga, ironisme revisi kurikulum kembali terjadi. Di saat semakin banyak sekolah berpaling pada proses penilaian digital, mata pelajaran TIK justru dihapus dalam Kurikulum 2013 dan tidak kembali lagi.
Kemajuan TIK adalah sebuah keniscayaan. Mengandaikan bahwa seluruh sekolah sudah memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sarana TIK yang maju sehingga TIK dihapus adalah pandangan yang kabur. Justru di era masyarakat informasi seperti ini TIK sangat perlu sebagai sarana penting bagi pengajaran dan pembelajaran. Tidak semua siswa dan guru mampu mempergunakan sarana ini meskipun mereka memiliki perangkatnya. Ini semua butuh pelatihan, pengajaran, dan pengembangan budaya.
Pemanfaatan UNBK harus dimaknai sebagai kesadaran tentang pentingnya literasi digital. Sayangnya, animo ini tidak didukung oleh sistem kurikulum yang ramah TIK.
Dengan penerapan TIK dalam dunia pendidikan, belajar dari suksesnya e-budgeting yang diterapkan Ahok untuk mengontrol korupsi anggaran, maka sudah seharusnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan e-BOS untuk mengontrol korupsi dana BOS yang sudah menjadi berita usang, namun tetap berlangsung secara masif dan terstruktur di lingkungan sekolah, e-rapor untuk menerapkan rapor online untuk mengontrol terjadinya penggantian dan pencucian nilai rapor, dan tentunya e-learning dalam proses pembelajaran jarak jauh adalah sisi lain yang perlu dicoba dalam dunia pendidikan kita, alih-alih menghilangkan TIK dalam kurikulum.
Tiga hal ini menjadi tantangan ke depan bagi kita semua, bagaimana mendesain TIK sebagai gerakan pendidikan semesta harus sudah diterapkan oleh Kemendikbud sebagai penyelenggara pendidikan, sehingga harapan agar sistem kebijakan evaluasi pendidikan yang menumbuhkan moral pendidik dan meningkatkan pengalaman belajar otentik siswa dapat terwujud. Juga penyelenggaraan pendidikan berbasis etika, moral dan kejujuran juga terwujud, hingga kebijakan pendidikan berbasis TIK yang sesuai dengan kebutuhan unit sekolah dalam konteks perbedaan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh Indonesia juga dapat diwujudkan dengan penerapan alokasi anggaran Pendidikan 20% tepat sasaran, sehingga sumber daya manusia Indonesia mampu menghadapi tantangan akibat perubahan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat. Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H