Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Bola

Si Kuping Besar Serasa Bersandar di Pangkuan Atletico Madrid

28 April 2016   20:15 Diperbarui: 28 April 2016   20:19 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagat raya sepakbola kembali dikejutkan dengan performa yang ditampilkan oleh klub asal ibukota yang satu ini, klub yang dulunya selalu berada dibalik bayang-bayang kesuksesan Real Madrid, pemilik 32 gelar La Liga dan 10 gelar Liga Champions, kini telah menjelma menjadi raksasa baru di benua biru. Yah, Atletico Madrid sejak ditangani pelatih bertangan dingin, Diego Simeone kini menjadi pesaing terberat Barca di La Liga, maupun di Liga Champions, tempatnya klub-klub top Eropa bersaing mendapatkan si kupin besar-julukan tropi Liga Champions.

Setelah mencuri perhatian dengan menjadi Juara La Liga musim 2013-2014, Atletico tidak habis-habisnya menjadi mimpi buruk bagi Barca dan Real, muncul sebagai representasi dari warga Madrid atau Spanyol dari kalangan menengah ke bawah, Atletico menjelma menjadi pesaing dua klub elite yang selalu berlomba-lomba menjadi jawara La Liga. Hasil kerja Diego Simeone yang dianggap lebih dari pelatih, tetapi bak “dewa” bertangan “midas” yang berhasil mengubah nasib Atletico berprestasi emas. Tidak percaya? Lagi-lagi untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub, Atletico berhasil mencapai final Liga Champions di musim yang sama, 2013-2014. Atletico ditantang rival sekota Real Madrid di Lisbon Portugal. Namun apa daya, Atletico harus kandas di babak perpanjangan waktu setelah mendominasi di babak pertama lewat gol sundulan Diego Godin. Petaka di menit-menit terakhir lewat gol tandukan Sergio Ramos setelah Atletico bermain 10 orang pasca Arda Turan yang hijrah ke Barca dikartumerahkan oleh wasit membuyarkan mimpi Atletico mengangkat tropi bergengsi di benua Eropa tersebut.

Kans Juara Sangat Besar

Kini, cerita Atletico hampir sama terulang kembali. Pertarungan ketat di La Liga masih berlangsung, dimana Barca, Atletico dan Real masih memiliki kans yang sama untuk menjadi juara, tinggal menunggu siapa yang tergelincir di pekan-pekan terakhir La Liga. Pun di Liga Champions, runtutan kemenangan sensasional dan dramatis mewarnai perjalanan Atletico hingga ke Semifinal. Skor panjang 7-8 masih jelas terbayang ketika mengkandaskan PSV Eindhoven di babak 16 besar. Di babak 8 besar, Barcelona yang selalu mendapat perlakuan “spesial” dan selalu diunggulkan, menjadi korban Atletico. Taktik Simeone ternyata lebih manjur dibandingkan taktik Luis Enrique yang terlalu mengandalkan trio MSN-nya. Faktor menjadi tuan rumah di Leg II menjadi kunci kemenangan Atletico. Kalah 1-2 Nou Camp, Atletico optimis dan berhasil membungkam Barca dengan skor telak 2-0 di Stadion kebanggan Atletico bernama Vicente Calderon yang selalu mendapat dukungan dari para suporter sebagai pemain ke-12 mereka. Maka prediksi banyak orang yang mengunggulkan El Barca ketimbang Atletico, harus gigit jari sebagaimana Leonel Messi, dkk gigit jari dan tersingkir dari liga bergengsi di dunia ini.

Sukses Bungkam Bayern

Namun, di babak semifinal Atletico barus bersua tim paling kreatif menyerang bernama Bayern Muenchen yang dilatih oleh kreator tiki-taka yang mengubah gaya permainan Bayern lebih atraktif dan paling subur dalam urusan gol, yang akan hijrah ke Manchester City. Siapakah dia? Yah, Joseph Guardiola, pelatih yang telah sukses di Barca dan FC Hollywood dan mencari tantangan baru di Liga Inggris yang katanya liga paling bergengsi di benua Eropa. Babak undian harus mempertemukan pria Spanyol ini kembali dengan klub asal Negaranya. Kenangan kala dia membesuk Barca bertemu Atletico kembali terngiang, sedikitnya dia sudah tau bagaimana watak Diego Simeone, pun dengan Diego Simeone pasti sudah tau isi kepala dari rivalnya tersebut. Pertandingan antara dua pelatih muda hebat ini pastinya seru bagaimana mereka mengatur strategi untuk memenangkan pertandingan di leg pertama dan kedua.

Benar saja, Leg I yang dihelat di Vincente Calderon markas Atletico, pertandingan seru tersaji. Beda ketika Manchester City kontra Real Madrid yang berlangsung dengan tempo lambat dan terkesan membosankan, laga antara The Matters Makers vs Die Bayern berlangsung dengan tempo cepat dan saling jual serangan. Kualitas kedua pelatih memang benar-benar jempolan, dimana Diego Simeone dan Joseph Guardiola tidak henti-hentinya memberikan instruksi kepada para pemainnya agar menerapkan strategi dengan baik dan benar. Simenone tidak henti-hentinya mengangkat tangannya agar para suporter yang dikenal memang setia ini tidak henti-hentinya memberikan dukungan kepada tim kesayangannya.

Pertandingan yang ketat itu akhirnya dimenangkan oleh Atletico lewat gol tunggal Saul Niguez menit ke 11 setelah bersolo run, mengecoh empat pemain belakang Bayern dan melesakkan tendangan melengkung yang tidak dapat dihentikan oleh kiper Bayern Manuel Neuer. Gol indah ini disambut gembira oleh para pemain dan suporter Atletico, terlebih bagi sang pelatih. Gol ini menjadi kado terindah di ulang tahun klub yang berdiri 113 tahun yang lalu tersebut, juga bagi sang pelatih yang genap berusia 46 tahun di tanggal 28 April ini.  

Terlebih-lebih bahwa kemenangan ini sebagai penegas bahwa Atletico adalah pembunuh tim-tim raksasa baik di La Liga maupun di Liga Champions musim ini. Setelah Real Madrid, Barca, PSV, kini Bayern merasakan bagaimana tangguhnya pertahanan Atletico dan bagaimana ngerinya tusukan serangan balik tim Ibukota Spanyol ini. Pertandingan seru dan saling jual-beli serangan menjadi tontonan yang menarik. Jika Fernando Torres dan kapten Gabi lebih tenang di menit 75, maka Atletico akan mampu menambah skor.

Alasan Atletico Juara

Melihat performa dan perjuangan Atletico maka tidak berlebihan jika menempatkan mereka menjadi calon juara baru di Liga Champions musim ini, kenapa? Karena :

Pertama, ketatnya pertahanan Atletico adalah kunci serangan balik cepat mereka. Pertahanan terbaik dimiliki tim asal ibukota ini.bayangkan hingga pertandingan ke-35, Atletico telah memasukkan 59 gol dan hanya kebobolan 16 gol, terbaik dari semua kontestan La Liga. Di Liga Champions, sampai semifinal ini, Atletico hanya kebobolan tidak lebih dari 2 gol dalam satu pertandingan, artinya dibutuhkan penyerang-penyerang yang benar-benar “gila” untuk membongkar ketatnya pertahanan Atletico. Bagi Simeone tidak ada pemain yang spesial, semua harus bertanggung jawab terhadap pertahanan, hal ini dibuktikan kala bersua dengan Barca dan Bayern. Semua pemain membantu pertahanan, bahkan seorang Torres dan Griezmann menjadi orang pertama yang bertahan ketika kehilangan bola. Ingat kartu merah Torres kala menjegal Sergio Busquets? Bentuk tanggung jawab Torres dalam hal bertahan. Pun kala menjamu Bayern, semua pemain Atletico kompak bertahan dan mengandalkan serangan balik yang mematikan.

Kedua, Simeone mengatakan sudah selayaknya Atletico Juara Liga Champions musim ini. Apapun akan dilakukan Simeone agar mencapai final tentunya yang tinggal selangkah lagi. Dengan modal satu gol memang belum aman, tapi melihat rekor pertahanan Atletico, maka tidak mungkin di kandang Bayern, minimal mampu menahan imbang karena Simeone tau isi pasukannya dan tau isi kepala Joseph Guardiola.

Ketiga, Motivasi para pemain Atletico lebih baik dari motivasi para pemain Bayern yang bakal ditinggal oleh Guardiola. Bayern bisa saja down dan kehilangan semangat bermain, namun Atletico pastinya akan berlipat semangatnya untuk memenangkan final di Kota Milano.

Keempat, ketangguhan kiper Jan Oblak sebagai benteng terakhir Atletico menjadikan garansi mereka calon kuat juara. Performa ciamik yang ditunjukkan kala menjamu Barca dan Bayern sungguh pantas diancungi jempol. Semua peluang pemain-pemain Bayern, seperti milik Arturo Vidal, Robert Lewandowski, Alaba, Bernat, Benatia, maupun trio MSN milik Barca tidak mampu menembus jala kiper berumur 23 tahun asal Slovenia ini. Dengan clean sheet yang dia ciptakan tadi malam (28/4) maka Jan Oblak resmi menciptakan rekor tidak kebobolan dalam delapan pertandingan dari 11 pertandingan Liga Champions yang dia mainkan di musim ini. Pengukuhan rekor yang menjadikan kiper jangkung ini kiper tertangguh Atletico sepanjang sejarah mengalahkan rekor Miguel Reina di musim 1973/1974 dengan tujuh clean sheet.  

Jadi, sanggupkah Bayern menembus pertahanan ala Atletico? Mampukah pasukan The Bavarian menjebol gawang Jan Oblak? Dan akankah sejarah baru terjadi kala Atletico Madrid menjadi juara dan mengangkat Si Kuping Besar Tropi Liga Champions? Mari kita tunggu.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun