HUJAN DI BULAN MEY
Â
Tetes air hujan di bulan Mei ini begitu setia,
Menemani pilu di hati yang sepi.
Membawa kembali kenangan kelam,
Masa lalu yang kelabu, penuh air mata nan sendu.
Â
Suara gemuruh guruh menggelegar,
Seolah meneriakkan luka yang samar.
Bayangan masa lalu terlukis jelas,
Wajah-wajah yang telah tiada, senyum yang telah sirna.
Â
Hujan semakin deras mendetoksifikasi bumi,
Membawa rasa dingin menusuk ke dalam hati.
Setiap tetes air hujan, bagaikan air mata duka,
Menenggelamkan jiwa dalam lautan nestapa.
Â
Kenangan masa lalu bagaikan mimpi buruk,
Masih terngiang jelas di telinga dan di kepala.
Tawa dan canda yang telah hilang,
Tinggal kepedihan yang tak kunjung raib.
Â
Hujan mulai reda, menyisakan genangan air di tanah,
Seolah mencerminkan air mata dan hati yang masih luka.
Meski terus mengumpulkan seribu asa dibalik kesedihan ini,
Tersimpan secercah harapan yang tak ingin padam.
Â
Hujan dan kenangan memanglah menyedihkan,
Namun ia juga membawa pelajaran berharga.
Bahwa hidup ini penuh dengan suka dan duka,
Dan kita harus belajar untuk bangkit dari keterpurukan.
Â
Semoga suatu saat nanti,
Hujan tak lagi membawa kenangan kelam.
Tetapi membawa kebahagiaan dan keceriaan,
Yang mampu menghapus semua air mata duka di dalam hati.
Â
Dear Mei...
Hujan selalu punya alasan untuk jatuh
Tetapi aku sudah tak lagi menunggunya reda
Aku sudah melepaskan payung dan menikmati hujannya...
Â
Allaahumma shayyiban naafi'aan...
#DalamRuangRindu ||| EdelweysF02052024
Â
Â