Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Poros Jakarta Beijing: Lupakan Ideologi, Fokus Ekonomi

7 Oktober 2023   00:50 Diperbarui: 7 Oktober 2023   01:06 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika tahun 1998 saat krisis moneter Asia melanda Pendapatan perkapitan Indonesia jatuh ke angka US$459,19 sedangkan Tiongkok bertengger di posisi US$828,58.

PDB Tiongkok juga melesat, pada 2022 mencapai US$18,1 triliun. Terbesar nomor dua di bawah Amerika Serikat. Atau setara 8% ekonomi global. Pendapatan perkapita Tiongkok tahun 2022 sebesar US$ 12.732 sedangkan Indonesia US$4.540.

Jika melihat kriteria yang dikeluarkan oleh Bank Dunia; negara maju adalah negara yang minimal berpendapatan US$11.906, maka saat ini Tiongkok secara meyakinkan masuk kategori negara maju. Sedangkan Indonesia masuk kriteria negara berpendapatan menengah atas. Tiongkok sukses melompati middle income trap.

 BPS juga mencatat bahwa Tiongkok adalah negara mitra dagang strategis pada 2022 dengan volume ekspor impor mencapai angka US$137,5 miliar. Tujuan utama ekspor Indonesia menggeser Amerika serikat yang sebelumya selalu menjadi tujuan ekspor tradisional Indonesia. Selain itu realisasi Investasi Tiongkok ke Indonesia mencapai US$5,18 miliar; naik 64% dari tahun sebelumnya. Sedangkan Amerika hanya US$2,1 miliar.

Kenapa Fobia Tiongkok?

Isu tentang Tiongkok selalu terkait dengan komunis. Tragedi 1965 menjadikan Tiongkok sebagai kiblat kesalahan sebagai pemeran pendukung kudeta komunis di Indonesia.

Serangan balik terhadap Komunis setelah peristiwa 1 Oktober menjadikan Tiongkok sebagai sasaran amuk massa. Diikuti Pemutusan hubungan diplomatik pada 1 Oktober 1967--dan dinormalisasi kembali pada 1989.

Namun kita harus melihat kondisi saat ini secara objektif; Tiongkok bukan lagi negara maniak komunis. Bahkan di dalam negeri sendiri ekonomi Tiongkok sudah membuang jauh-jauh komunisme yang usang dan berkarat. Pemerintahan Komunis tapi perdagangan kapitalis.

Tiongkok bukan lagi pengekspor idiologi, itu tidak menarik lagi--dan tidak menguntungkan. Tapi saat ini Tiongkok lagi membangun ekonominya besar-besaran dan ingin merebut hegemoni Amerika Serikat atau Eropa atas ekonomi global melalui proyek raksasa yang bernama OBOR (One Belt One Road).

Diperkirakan Tiongkok menyediakan US$150 miliar pertahun untuk dipinjamkan kepada negara yang membutuhkan membangun infrastrukturnya. Kerjasama Indonesia dalam pengerjaan proyek Kereta Api Cepat Jakarta--Bandung termasuk di dalam skema OBOR.

Gambaran Tiongkok sebagai komunis antiTuhan dan akan merebut teritorial Indonesia itulah yang sebenarnya menghinggapi pikiran orang-orang di Indonesia. Dan isu tersebut pasti menarik di sisi politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun