Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekuasaan dan Kekayaan Itu seperti Rubicon: Menghanyutkan dan Menenggelamkan

25 Februari 2023   16:43 Diperbarui: 2 Maret 2023   17:30 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesimpulan

Lemahnya pendidikan karakter di dalam keluarga, bisa jadi sebab utama. Munculnya generasi rapuh, berwatak Hitler. 

Gaya hidup sederhana, kerja keras, lupa ditanamkan. Bahwa memperoleh kekayaan harusnya dimulai dengan kerja keras. Tidak ada yang mudah. Tidak ada yang instan. Pun tidak ada yang gratisan.

Saya hanya berpikir, apa yang terjadi jika anak usia 20-an tahun dipegangi AK-47?

Jika anak dididik dengan gaya hidup sederhana, dirinya akan lebih peka dengan lingkungan sosialnya. Dia berproses secara normal. Mengalami pasang surut, pahit getir kehidupan.  

Memanjakan anak dengan mendapatkan fasilitas terbaik dengan alasan agar tidak sengsara seperti orang tuanya sama dengan membuka pintu arogansi pada anak. 

Proses mencari uang dianggap mudah. Dan jika menganggap segala persoalan bisa diselesaikan dengan uang, makin merajalela tabiatnya.

Budaya hedonis yang marak juga bisa memicu tindakan kekerasan dari kelas sosial atas terhadap kelas sosial di bawahnya. Merasa punya kemampuan dan tindakannya akan dilindungi dari jerat hukum. Hukum bisa dibeli, bisa jadi alasan tidak gentarnya terhadap hukum yang berlaku.

Maka dengan adanya kasus yang menjadi atensi publik secara luas. Pemerintah harus mengambil ketegasan. 

Anak pejabat tersebut yang kekayaannya dipertanyakan harus di jadikan monumen hukum. Hukum seberat-beratnya. Usut kekayaan keluarganya. Biar semua bisa belajar dari apa yang namanya kekayaan dan kekuasan.

Karena saya yakin masih ada penguasa dan orang kaya berhati mulia. Walaupun itu hal langka. Tapi masih ada, dan masih ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun