Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tetap Riang Hidup di Negeri Ring of Fire

6 Desember 2022   11:48 Diperbarui: 6 Desember 2022   12:21 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan yang menggambarkan kedahsyatan letusan Tambora pada 1815. Sumber:Sandy Solihin/National Geographic Indonesia

Pada 1 Agustus 2005, Seorang Pakar Nuklir dan Ahli Geologi Brasil Prof. Arysio Santos dengan kawannya Frank Joseph Hoff menerbitkan buku dengan judul: Atlantis the Lost Continent Finally Found. Sebuah manuskrip dari Plato yang hidup 25 abad lalu sebagai landasan. Kesimpulannya: Sebuah peradaban kuno tersebut tenggelam karena adanya aktivitas tektonik. Dengan bukti akurat, yang dikumpulkan selama 30 tahun, dengan yakin Prof. Arysio Santos menyimpulkan di Indonesialah--negeri ring of fire--tempat peradaban Atlantis dulu berada.

------

Minggu 4 Desember, pukul 13:21:10 WIB, warga Lumajang dikejutkan suara bergemuruh. Semeru erupsi lagi. Semeru meletus tepat setahun setelah erupsi pada 2021. Awan panas membumbung. Muntahan lava menuruni lereng. Masyarakat mulai dievakuasi, dan menghindar dari area yang berisiko.

Sebelumnya, pada 21 November, terjadi gempa di Cianjur yang mengakibatkan ratusan nyawa melayang dan ribuan rumah roboh. Menurut catatan BMKG gempa Cianjur berkekuatan 5,6 SR (Skala Richter)

Sumber gempa berada pada koordinat 6,84 LS -- 107,05 dan kedalaman 11 km. Wilayah dengan dampak kerusakan di permukaan bumi diukur dengan skala  MMI (Modified Mercalli Intensity). Kecamatan Cugenang dengan kerusakan terparah berkategori  VII-VIII MMI.

Ilustrasi skala VII adalah "Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan" 

Ilustrasi skala VIII adalah "Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh"

Sebagai pembanding adalah Skala XII, skala puncak dengan ilustrasi "Terjadi kerusakan total. Gelombang terlihat pada permukaan tanah. Garis pandangan dan garis permukaan berubah. Benda-benda terlempar ke udara"

Meskipun  sering terjadi, gempa tetap menjadi peristiwa yang paling menakutkan. Bencana gempa beda dengan bencana lainnya--karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Gempa bumi ada unsur dadakan, dengan wilayah luas. Tidak adanya kesiapan inilah yang sering menimbulkan banyak korban jiwa manusia.

Ring Of Fire

Indonesia adalah negara yang wilayahnya masuk ring of fire. Sebutan untuk wilayah yang dilalui jalur aktif lempeng. Fenomena yang terjadi biasanya ditandai banyaknya gunung api, serta aktivitas tektonis dan vulkanis aktif.

Ada tiga lempeng aktif di Indonesia: Lempeng Eurasia; bergerak dari utara ke selatan. India-Australia; bergerak dari selatan ke utara dan Lempeng Pasifik; bergerak dari timur ke barat. Lempeng India-Australia dan Eurasialah yang paling sering terjadi tumbukan dan menimbulkan kerusakan hebat.

Secara teknis gempa bukanlah yang membunuh manusia. Gempa hanyalah getaran yang mampu merobohkan bangunan. Membuat tanah di dataran tinggi longsor. Bangunan yang tidak kokohlah yang berbahaya bagi manusia.

Mungkin tulisan ini seolah ingin mereduksi dampak bencana dan membuat lelucon akan gempa. Sekali lagi tidak. Empati mendalam penulis kepada korban bencana. Ini hanya untuk melihat dengan sudut pandang lain bahwa aktivitas Bumi adalah netral artinya bukan untuk menghukum manusia.

Jika hidup di zona gempa, maka yang harus dilakukan adalah berdamai dan beradaptasi. Menurut catatan seismolog, Bumi setiap harinya diguncang gempa sekitar sejuta kali. Indonesia sepanjang tahun 2021, menurut BMKG, terjadi 10.570 kali gempa tektonik dengan intensitas beragam.

Mitigasi Bencana

Dengan kenyataan itu, bagaimana bersikap saat bencana terjadi adalah hal penting. Terkadang panik adalah sumber malapetaka selain gempa itu sendiri. Jika terjadi gempa maka diusahakan harus tetap tenang. Harus berfikir rasional dan jangan terlalu emosional. Menyelamatkan diri, menghindar jauh dari bangunan yang berpotensi roboh adalah tindakan terpenting.

Beradaptasi dengan bencana dilakukan dengan berbagai cara: 1) membangun rumah dengan kontruksi tahan gempa, 2) menyediakan peralatan darurat saat gempa terjadi, 3) tidak membangun hunian di zona yang tidak stabil atau rawani longsor.

Selain itu tindakan kecil yang bisa meminimalisir korban nyawa adalah mengusahakan mengunci pintu dengan kunci yang masih menempel di gagang pintu. Ini supaya sewaktu gempa tengah malam, penghuni bisa langsung keluar tanpa kebingungan mencari kunci. Hal sederhana lain yang mempengaruhi keputusan menyelamatkan diri adalah selesai mandi usahakan berpakaian yang bawah dulu. Ini semua adalah bentuk kewaspadaan untuk segera menghindar menyelamatkan diri saat gempa terjadi--keluar rumah.

Karena gempa hanya hitungan detik maka keputusan menyelamatkan diri juga harus hitungan detik.

Selain itu waspada gempa harus dijadikan sebagai ingatan bawah sadar. Hal ini bisa terwujud manakala pendidikan kegempaan dijadikan sebagai pengetahuan wajib untuk seluruh masyarakat.

Semisal merancang kurikulum kegempaan buat anak PAUD sampai Perguruan Tinggi. Jika mereka punya ilmu menghadapi gempa maka saat gempa tidak mudah panik dan tahu apa yang harus dilakukan; bukan malah tertawa terbahak-bahak.

Anugerah Alam

Tanah Indonesia itu spesial. Tanahnya  mengandung bahan mineral yang melimpah. Tanah vulkanik yang sangat subur; menghasilkan sayuran, buah, dan komoditas perkebunan dengan kualitas terbaik. Namun, selain mendapatkan berkah dari alam masyarakat harus menyadari, bahwa ada risiko yang harus dihadapi, yakni gempa dan gunung meletus.

Berdamai dengan gempa akan menyiapkan mental saat gempa terjadi. Dengan derajat pasti, pastinya terjadi. Itu sebuah ketetapan secara geologis. Akan ada gempa tapi waktunya kapan. Hanya persoalan menunggu waktu saja.

Maka, saat menunggu kita harus mempersiapkan hal terburuk. Fenomena alam sudah ada jutaan tahun lampau, bisa jadi saat Homo sapiens belum melata di muka bumi ini. Manusia tidak boleh pasif pasrah. Sebuah persoalan kalau bisa dipecahkan maka bukan menjadi persoalan lagi. Begitu juga dengan gempa.

Menjadi manusia Indonesia adalah menjadi manusia yang siap dengan segala bentuk aktivitas geologis: aktivitas tektonik maupun vulkanik. Ini adalah fenomena alam bawaan yang menyertai kehidupan manusia Indonesia.

Semoga manusia Indonesia bisa berdampingan--dan harus--dengan fenomena alam dan mampu merekayasa dengan teknologi; menjadikan aktifitas alamiah Bumi sebagai sebuah fenomena yang lumrah dan tidak menimbukan kedukaan buat manusia yang berdiri di atasnya. Kita tidak ingin cerita Atlantis menjadi kenyataan berulang di negara Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun