Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepanikan: Sebuah Kisah Tragis, Mulai Mamoth sampai Emprit

12 Oktober 2022   15:33 Diperbarui: 20 November 2022   22:00 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Kampanye pembasmian burung emprit pada 1958 di China (sumber: Tunzae Eco Generation via Intisari Online)

            

Tiga puluh ribu tahun lalu di Prancis, puluhan ribu kuda mati bersama di sebuah jurang. Tulang belulang mereka bertumpuk saling tindih dan terawetkan secara alami. Arkeolog menemukannya akhir-akhir ini. Dari hasil penelitian disimpulkan; fenomena tersebut adalah ulah Homo sapiens saat berburu. Kerumunan kuda digiring ke sebuah tempat jagal alami: jurang. Caranya, mereka menciptakan kepanikan. Dengan senjata tongkat, kobaran api dan juga bunyi-bunyian. Karuan saja hewan-hewan tersebut mengalami kepanikan luar biasa. Mereka lari berdesakan untuk menyelamatkan diri. Tapi kenyataannya mereka melompat ke dalam jurang secara bersama-sama. Mereka masuk dalam jebakan Homo sapiens--mati bersama.

------

Di Republik Ceko, di sebuah desa, arkeolog menemukan ratusan  tulang mamoth--gajah purba berbobot 12 ton dengan panjang gading 3 meteran. Prediksinya sama: binatang tersebut dijebak dan dibuat panik sehingga mengalami petaka berjamaah,  masuk jurang. Dengan cara begitulah Homo sapiens, ribuan tahun lalu memperdaya salah satu binatang yang kekuatannya melebihi dirinya. Senjata itu tak lain adalah kepanikan.

Cara primitif itu ternyata masih digunakan Rezim Komunis Tiongkok yang dipimpin Mao Zedong pada 1958. Mao mengampanyekan pembasmian terhadap burung emprit (Eurasian tree sparrow). Kampanye ini dinamai the four pests campaign.  Bagi Mao, burung emprit yang tergabung dalam "empat spesies jahat"--termasuk tikus, nyamuk dan lalat--adalah hama penyebab kelaparan dan menghalangi perekonomian RRT. Statusnya disahkan: tidak diperkenankan hidup!

Tikus dan emprit karena memakan bulir-bulir padi; nyamuk dan lalat penyebar penyakit. Intruksi pemimpin besar komunis tersebut dijalankan--dan wajib dijalankan. Masyarakat harus ke luar rumah; memukul-mukul drum, panci, berteriak tidak jelas atau apa saja untuk menakuti burung emprit agar tidak hinggap.

Burung-burung tersebut panik, ketakutan dan terbang tak tentu arah. Sampai akhirnya berjatuhan karena kelelahan. Ratusan juta bangkai burung emprit tergeletak di seluruh Tiongkok. Genosida terhadap burung emprit sukses besar. Dampaknya pun luar biasa: kelaparan makin meluas!

Burung Eurasian tree sparrow adalah predator alami ulat. Saat predator alami hilang, populasi ulat mengganas, produksi bahan pangan turun drastis. Menurut ilmuwan, kelaparan karena tragedi ekologis tersebut mencapai 45 juta orang. Pemerintah Tiongkok merilis korban hanya sebanyak 15 juta orang.

Kepanikan

Panik sendirian itu berbahaya. Panik bersama-sama  lebih berbahaya. Penyakit bisa membunuh manusia, tapi kepanikan karena penyakit bisa membunuh lebih dari yang dilakukan penyakit itu sendiri. Kedokteran menamai Nocebo Effect.

Saat panik organisme bisa berbuat diluar kendali. Melakukan sebuah tindakan yang seharusnya dihindari. Hampir sebuah organisme bersel banyak, punya kesamaan. Bertingkah aneh saat mengalami kepanikan. Dalam sebuah kerumunan spesies yang sama, kepanikan cepat menjalar dan bisa menciptakan chaos yang berbahaya.

Manusia tak ubahnya spesies yang ada di alam. Psikologi manusia juga sama. Saat panik maka akan memunculkan sisi paling tidak rasional dan nekat dari dirinya.

Kisah berikut bisa dijadikan bukti. Minggu 30 Oktober 1938, masyarakat dihebohkan dengan invasi aliens dari Mars di Amerika. Padahal informasi itu hanya sandiwara radio dari Collumbia Broadcasting System. Sutradara dan pembaca beritanya adalah Orson Welles pria 23 tahun. Ide aneh tersebut diadaptasi dari karya H.G Wells, War of the Worlds. Dia merancang sebuah sandiwara yang dikemas seperti reportase lapangan: adanya invasi alliens! Sandiwara out of the box tersebut benar-benar dianggap nyata oleh para pendengar--dan juga orang yang tidak mendengar.

Kepanikan melanda Amerika. Terutama New York dan New Jersey. Banyak orang mempersenjatai diri. Membentengi rumahnya dengan apa saja. Kemacetan melanda, orang panik. Bahkan dilaporkan adanya kasus bunuh diri karena ketakutan akan invasi aliens tersebut. Apakah itu nyata? Tidak! Hal itu hanya sandiwara radio. Namun respon masyarakat adalah nyata. Inilah kepanikan massa  yang diakibatkan sebuah berita.

Pihak berwenang menginvestigasi serius acara tersebut dan menyimpulkan: tidak ada pelanggaran!

Psikologi Manusia

Psikologi manusia seperti jaringan kabel rangkaian seri. Satu error lainnya mengikuti. Satu percobaan yang mudah adalah, cobalah menguap di depan banyak orang. Lalu lihat reaksi orang di sekelilingnya. Tak berselang lama, mereka akan menguap juga. Begitulah yang terjadi dengan pikiran manusia. Tidak independen tapi mudah dipengaruhi faktor eksternal.

Tidak terkecuali, cahaya matahari, gravitasi bulan juga berpengaruh ke psikologi manusia. Cobalah lakukan hal sederhana, beri panas sedikit di atas suhu normal di sarang semut. Apa yang terlihat? Semut mulai terganggu dan akhirnya berlarian tidak terarah. Manusia juga semacam itu, jika bumi menghangat akan berpengaruh terhadap psikologinya. Banyak muncul kerusuhan. Munculnya perang atau revolusi sosial bisa karena kondisi alam yang berubah.

Perang Dunia I dan Perang Dunia II adalah wujud paling nyata dari kepanikan massa. Awalnya setiap negara ingin menyelamatkan warganya--tapi malah masuk dalam jebakan kubangan kematian bersama. Mereka mempersenjatai militernya, warga sipilnya, untuk meminimalisir korban jiwa jika ada musuh mendekat.

Tindakan satu negara mempersenjatai warganya diikuti yang lain. Kepanikan menyebar. Pada akhirnya bukan keselamatan yang tercipta, namun perang besar yang merenggut jutaan korban di banyak negara. Senjata ditambah kepanikan massa adalah mesin pembunuh efektif untuk mengakhiri peradaban. Perang Dunia I menyebabkan 23 juta orang tewas, dan PD II diperkirakan 65 juta orang tewas.

Psikologi bisa dijadikan sebagai alat bantu untuk memahami kerapuhan manusia. Setiap kebijakan harus mampu memberikan satu bentuk ketenangan psikologis pada manusia. Ini penting agar tidak terjadi chaos yang diakibatkan hal sepele.

Dalam kerumunan yang padat, satu cecak yang jatuh dipundak seseorang bisa menciptakan kepanikan massa yang mengarah pada jatuhnya korban ratusan atau ribuan orang. Maka, kerumunan pada setiap organisme mengandung sesuatu yang bisa sangat berbahaya.

Kerumunan adalah bom waktu, dan cara mencegahnya hanya satu. Jangan munculkan bibit kepanikan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun