Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Borobudur: Pertarungan Objek Komersial dan Objek Spiritual

7 Juni 2022   23:59 Diperbarui: 20 November 2022   23:12 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aktivitas mengunjungi  Borobudur didominasi aktivitas rekreasi--bukan meditasi--tanpa adanya pelibatan emosional terhadap tempat sakral--sebagaian besar begitu walau tidak semuanya.

Perlu adanya dukungan banyak pihak agar Borobudur dikembalikan lagi sebagai tempat sakral umat Buddha. Tempat beribadah dan aktivitas keagamaan. Adapun wisatawan hanya boleh mengakses sampai dasar Candi, selebihnya akses diberikan ke Umat Buddha untuk beribadah.

Regulasi ini lebih bermartabat ketimbang menaikkan harga tiket masuk yang memberatkan. Bandingkan dengan tiket masuk situs sejenis; Angkor Wat USD 37, Taj Mahal USD 15, Akropolis Athena USD 22 dan Borobudur USD 100 bagi wisatawan asing.  Mengurangi pengunjung, tanpa mau rugi. Kesannya begitu. Sepertinya memang begitu.

Kesimpulan

Di Indonesia umat Buddha menurut Kemendagri tahun 2021 ada sekitar 2,03 juta jiwa. Suara mereka seakan redup dibanding dengan suara komersialisasi Candi Borobudur. Borobudur adalah milik bangsa Indonesia. Tapi jujur saja, estafet nilai yang terkandung di dalamnya ada di tangan umat Buddha Indonesia.

Alangkah besarnya jiwa kita semua--pemerintah dan masyarakat Indonesia--jika mampu mengikhlaskan agar Borobudur dikembalikan ke pangkuan Umat Buddha lagi sebagai tempat ritual istimewa. Tempat kudus yang sarat nilai keheningan.

Apakah nanti akan mengurangi pemasukan sehingga menghambat pemeliharaan dan peningkatan kualitas bangunan candi? Lihatlah tempat yang masuk kategori kudus di dunia. Apakah sepi peziarah? jawabannya tidak! Semakin eksklusif sebuah tempat atau destinasi wisata, akan menimbulkan kerinduan dan rasa penasaran yang tinggi.

Borobudur tidak akan sepi dari peziarah, tidak akan kekurangan pemasukan untuk merawatnya.

Kalau ingin mendengar suara hening, jernih, dari Borobudur, tanyakan ke Umat Buddha. Mereka saat ini begitu "hening" dengan perlakuan terhadap tempat sakralnya. Sudah saatnya pemerintah mendengar suara hening yang tak pernah terucap.

Kembalikan Borobudur sebagai tujuan awal pembangunannya: Ziarah spiritual untuk pencerahan.

Itulah spirit Borobudur saat diciptakan 1200 tahun silam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun