Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pendakwah: Laku Spiritual Mewujud dalam Omongan dan Tindakan

8 April 2022   08:25 Diperbarui: 8 April 2022   08:30 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

                                                                                         

Saat Mahatma Ghandi masih muda dan belum terkenal. Beliau disuruh untuk menasehati seorang anak yang gemar makan gula. Ibunya takut, kesehatan anak akan terganggu. Ghandi menyanggupi. Namun, berminggu-minggu kemudian Ghandi baru menepati janjinya. Sang ibu yang penasaran langsung bertanya "Kenapa Anda baru menasehati anak saya sekarang?" Gandi menjawab "Karena baru kemarin saya berhenti makan gula"

        -----------

Cerita di atas adalah gambaran ideal seorang pemberi nasehat: apa yang diomongkon sinkron dengan apa yang dilakukan. Laku tutur selaras dengan laku tindakan. Orang Jawa menyebutnya Guru (digugu lan ditiru). Petuahnya didengarkan dan tingkah lakunya diikuti. Sejatinya begitulah seorang pendakwah meniti laku hidupnya.

Saat saya masih kecil, seorang guru ngaji di kampung tidak digaji atau dibayar. Dia jadi imam dari sholat lima waktu. Menjadi guru agama anak kampung selepas sholat magrib. Mengajari membaca Al-qur'an dan hafalan doa. Menjadi pemimpin doa dalam selamatan warga, atau menjadi penengah saat terjadi konflik. Bahkan kalau ada anak kecil sakit, orangtua akan meminta air yang sudah diberi doa kepada guru ngaji.

Kami memanggilnya Pak Yai.  Semua orang hormat terhadap apa yang beliau nasehatkan. Beliau jauh dari gelimang harta atau kekuasaan. Beliau menjalani kehidupan selayaknya lainnya. Bertani dan juga menjadi buruh. Sama. Tidak berbeda dari masyarakat yang lain. Seingatku inilah salah satu pengabdian saat orang sudah berlabel guru ngaji: Sebagai panggilan hati untuk melayani!

Masyarakat sadar diri dengan peran seorang guru ngaji tersebut. Kalau punya kelebihan hasil panen, maka tanpa disuruh akan memberikan ke Pak Yai tersebut. Hubungan yang sangat indah. Mutualisme sosial terjalin, antara yang membimbing dan yang dibimbing. Kesatuan emosi seolah terjadi. Menyatunya antara pemimpin dengan yang dipimpin.

Sampai sekarang gambaran saya tentang pendakwah ideal semacam itu. Hidupnya sebagai pengabdian untuk menebar kebaikan ke banyak orang yang mempercayainya. Hingga saat beliau meninggal, seluruh masyarakat kampung merasa kehilangan. Bukan  saja kehilangan sumber keilmuan dalam agama tapi lebih pada kehilangan sosok yang dijadikan panutan.

Panggilan Spiritual 

Menjadi pendakwah bukan hanya piawai dalam berkomunikasi: Mampu memberi inspirasi dalam tutur kata. Mendapat decak kagum dari yang mendengar. Atau tepukan yang meriah. Namun, harus punya tanggung jawab dalam keteladanan.

Pada nilai inilah inti seorang yang bergelar pendakwah. Pendakwah bagiku adalah julukan spiritual bukan julukan profesi. Julukan "keramat" bagi kebanyakan umat. Dia diangkat ke posisi paling atas, dalam strata budaya masyarakat. Dihormati dan layak ditiru.

Jika pendakwah sebagai profesi, maka bisa jadi akan ada kepentingan lain yang masuk. Ajaran spiritualnya bersaing dengan keduniawian. Profesi akan terkait dengan uang--pendapatan. Tak ubahnya buruh, semakin banyak waktu dan tenaga yang dikerahkan akan mendapat imbalan yang lebih banyak. Kontraktual semata.

Keikhlasaannya akan berkurang saat uang yang masuk sedikit. Bukan semacam itu idealnya. Pendakwah adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri--lillahi ta'alla. Maksudnya bukan orang kaya yang bergelimang harta. Bukan! Namun, orang yang sudah selesai tataran spiritualnya. 

Dia mampu memberi wejangan untuk dilakukan, karena dirinya sudah menjalankannya. Dirinya tidak mengejar keuntungan materi, karena bukan pedagang. Dirinya mengejar ridho dari Sang Pencipta: Allah SWT.

Jika menasehati agar umat sabar. Dirinya otomatis punya kesabaran ekstra. Jika menasehati umatnya jangan berbohong, maka dirinya juga sudah melakukan tidak berbohong.

Ada tanggung jawab moral, saat orang menempati posisi sebagai lokomotif massa. Hal semacam ini harus disadari bahwa tanggung jawab moral itu yang utama. Mengalahkan apa pun. Pendakwah yang tidak selaras antara omongan dan kelakuan, bisa berakibat kurang baik pada wawasan keagamaan dan juga karakter umat. 

Menurut pandangan saya--dengan pandangan yang terbatas-- ada beberapa syarat untuk menjadi seorang pendakwah, antara lain:

Pertama; Mumpuni dalam keilmuan. Ini adalah syarat mutlak. Keilmuan di sini kaitannya ilmu batin dan juga wawasan keagamaan. Agama itu lebih pada tataran rasa, batin. Bukan sekadar hafalan pengetahuan.

Kalau ada buku cara memasak enak, maka pendakwah sudah  menjadi koki. Dirinya bukan menceritakan isi buka bagaimana memasak enak. Namun, dirinya sudah memasak dan menikmati apa yang dirinya masak.

Dengan keilmuan yang kuat akan menjadi lentera umat dalam menanyakan sebuah persoalan. Umat akan terarah, umat tahu jalan yang baik dan yang benar. Pendakwah harus mampu sebagaii pengayom. Menjaga tatanan lebih stabil, lebih indah. Apa yang ke luar darinya adalah kebaikan. Bukan malah kebalikan.

Kedua, berkarakter. Seorang pendakwah bukan artis yang menjual kemerduan suaranya. Bukan pula politisi yang mencari keuntungan dari setiap situasi. Pendakwah harus berada pada posisi melampaui dengan godaan receh semacam itu. Pendakwah adalah mercusuar, petunjuk bagaimana ajaran agama dijadikan teladan. Membimbing orang agar tidak tersesat.

 Jika pendakwah tidak bisa menjaga laku dan tutur, maka menimbulkan ketidakpercayaan umat. Umat ingin orang yang ditedani punya keilmuan kuat dan karakter yang kuat. Dan itu mewujud dalam tindakan kesehariannya.

Bagaimana dia memperlakukan keluarganya dan orang lain tak ubahnya dari aplikasi ilmu keagamannya. Itulah nilai seorang pendakwah. Bukan sekadar piawainya dia di atas mimbar. Walaupun itu biasanya satu paket keunggulan pendakwah.

Ketiga adalah ikhlas. Pendakwah harus mampu berada di garis depan dalam hal keikhlasan. Jalan hidup di garis spiritual adalah perjuangan tanpa akhir dalam keikhlasan. Dan satu hal lagi seharusnya pendakwah adalah orang yang paling sulit tersinggung.

Karena spiritualitas ada kaitannya dengan pengendalian emosi. Semakin sabar maka semakin mendalam penghayatan keilmuan keagamaannya. Bukankah di dunia ini sudah terlalu banyak orang pintar. Namun, langka orang yang berhati mulia.Sabar. Berhati permata yang tidak lengah oleh kemilau harta dan tahta.

Kesimpulan

Pilihan menjadi pendakwah adalah panggilan hati. Lebih sebagai panggilan spiritual dibanding ekonomi. Pendakwah bukan pelawak, bukan penyanyi yang targetnya menghibur penonton. Namun, lebih dalam dari itu. Melampaui itu: Arsitek jiwa umat. Jiwa raganya sinkron antara yang diomongkan dan yang dilakukan. Kesinambungan jasmani rohani.

Syiar agama ada ditangan pendakwah. Dirinya bertangung jawab mewarnai tingkah laku umatnya. Inilah yang harus disadari, bahwa menjadi panutan haruslah bener. Pendakwah juga harus pandai bersikap. Menjadi penenang di tengah keresahan umat. Harus mampu menjadi penjamin bahwa langkahnya mengajak ke arah yang benar. Tidak sekadar mengejar obsesi motif duniawi: popularitas!

Satu hal yang menjadi tugas seorang pendakwah adalah, dia menasehati diri sendiri di depan massa yang ada di depannya. Dia menjadi bagian dari nasehat yang dia produksi bukan menjadi bagian terpisah dari apa yang dia omongkan.

Pendakwah adalah tugas mulia, panggilan jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun