Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pendakwah: Laku Spiritual Mewujud dalam Omongan dan Tindakan

8 April 2022   08:25 Diperbarui: 8 April 2022   08:30 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada nilai inilah inti seorang yang bergelar pendakwah. Pendakwah bagiku adalah julukan spiritual bukan julukan profesi. Julukan "keramat" bagi kebanyakan umat. Dia diangkat ke posisi paling atas, dalam strata budaya masyarakat. Dihormati dan layak ditiru.

Jika pendakwah sebagai profesi, maka bisa jadi akan ada kepentingan lain yang masuk. Ajaran spiritualnya bersaing dengan keduniawian. Profesi akan terkait dengan uang--pendapatan. Tak ubahnya buruh, semakin banyak waktu dan tenaga yang dikerahkan akan mendapat imbalan yang lebih banyak. Kontraktual semata.

Keikhlasaannya akan berkurang saat uang yang masuk sedikit. Bukan semacam itu idealnya. Pendakwah adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri--lillahi ta'alla. Maksudnya bukan orang kaya yang bergelimang harta. Bukan! Namun, orang yang sudah selesai tataran spiritualnya. 

Dia mampu memberi wejangan untuk dilakukan, karena dirinya sudah menjalankannya. Dirinya tidak mengejar keuntungan materi, karena bukan pedagang. Dirinya mengejar ridho dari Sang Pencipta: Allah SWT.

Jika menasehati agar umat sabar. Dirinya otomatis punya kesabaran ekstra. Jika menasehati umatnya jangan berbohong, maka dirinya juga sudah melakukan tidak berbohong.

Ada tanggung jawab moral, saat orang menempati posisi sebagai lokomotif massa. Hal semacam ini harus disadari bahwa tanggung jawab moral itu yang utama. Mengalahkan apa pun. Pendakwah yang tidak selaras antara omongan dan kelakuan, bisa berakibat kurang baik pada wawasan keagamaan dan juga karakter umat. 

Menurut pandangan saya--dengan pandangan yang terbatas-- ada beberapa syarat untuk menjadi seorang pendakwah, antara lain:

Pertama; Mumpuni dalam keilmuan. Ini adalah syarat mutlak. Keilmuan di sini kaitannya ilmu batin dan juga wawasan keagamaan. Agama itu lebih pada tataran rasa, batin. Bukan sekadar hafalan pengetahuan.

Kalau ada buku cara memasak enak, maka pendakwah sudah  menjadi koki. Dirinya bukan menceritakan isi buka bagaimana memasak enak. Namun, dirinya sudah memasak dan menikmati apa yang dirinya masak.

Dengan keilmuan yang kuat akan menjadi lentera umat dalam menanyakan sebuah persoalan. Umat akan terarah, umat tahu jalan yang baik dan yang benar. Pendakwah harus mampu sebagaii pengayom. Menjaga tatanan lebih stabil, lebih indah. Apa yang ke luar darinya adalah kebaikan. Bukan malah kebalikan.

Kedua, berkarakter. Seorang pendakwah bukan artis yang menjual kemerduan suaranya. Bukan pula politisi yang mencari keuntungan dari setiap situasi. Pendakwah harus berada pada posisi melampaui dengan godaan receh semacam itu. Pendakwah adalah mercusuar, petunjuk bagaimana ajaran agama dijadikan teladan. Membimbing orang agar tidak tersesat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun