Narasi dibangun, bahwa penguasaan nuklir atau roket jelajah dianggap illegal dan harus ditekan agar tidak berkembang.
Korea Utara satu sisi bisa dijadikan contoh. Postur militer Korea Utara tidak terlalu mengerikan. Angkatan lautnya diisi arsenal militer tahun 1960-an. Sudah tua dan ringkih, sama juga angkatan udaranya.Â
Dengan mengandalkan pesawat-pesawat generasi lama yang sudah ketinggalan zaman. Namun, ada yang paling menggetarkan, rudal nuklir. Roket Taepodong-2 yang dikembangkan rezim Kim Jong Un, mampu mengangkut muatan 500 kg sejauh 6000 sampai 10.000 km. Saat berdiplomasi dengan Amerika pun pemimpin Korea Utara sering mendikte daripada didikte. Karena satu hal: Amerika fobia jika Jong Un berbuat nekat dengan "kembang apinya."
Tinggalkan politik polosan dengan senyam-senyum manis pada "predator" bernama negara adidaya. Kesetaraan harus dibangun. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Betapapun kuatnya pertahanan konvensional Indonesia, cukup dilibas dengan mengirimkan rudal balistik. Dan semua rata. Tanpa perlu susah payah bertempur di kancah becek lumpur berdebu sambil menenteng senapan serbu.
Manfaat Punya Senjata Nuklir
Siapa yang berani bermain-main dengan Korea Utara. Negara miskin, tertutup, punya satu partai --anehnya tetap ada pemilu. Korea Utara lebih tepat disebut negara anomali. Korea Utara adalah korban paling nyata dari ulah tak manusiawi kesepakatan global (kelompok Amerika) yang dinamakan embargo. Entahlah seandainya Korea Utara tidak punya senjata pemusnah massal maka sudah menjadi bancakan oleh Amerika dan kroninya: hancur lebur, perang saudara melanda lalu ditinggalkan.
Kasus terbaru, gertakan Vladimir Putin yang siap untuk perang nuklir membuat NATO dan ketua sukunya--Amerika--keringat dingin. NATO telah salah langkah mendorong Ukraina untuk nakal terhadap Rusia. Ternyata nyali Putin tidak main-main. Hancur satu hancur semua, jika Nuklir diluncurkan. Ancaman ini membuat negara barat harus menghitung ulang permainan politiknya.
Nah, ada daya tawar mahal berurusan dengan negara yang menguasai senjata nuklir. Inilah yang tidak dipunyai Indonesia saat ini. Melimpahnya sumberdaya laut, hutan, energi dan juga barang tambang akan berpotensi menjadi ajang rebutan yang pastinya akan menimbulkan perang. Entah kapan, dengan derajat yang pasti kelak itu terjadi.
Langkah Indonesia Menguasai Nuklir
Pada 1960-an riset Indonesia di bidang peroketan tumbuh subur. Puncaknya dengan diluncurkannya Roket Kartika-1 hasil karya gabungan dari ITB, AURI dan PINDAD. Roket tersebut mampu menjangkau jarak 60 km. Pencapaian luar biasa saat itu. Ada harapan cerah bagi dunia dirgantara. Setelah itu Indonesia semakin agresif, membeli 10 Roket Kappa-8 dari Jepang. Pada Agustus 1965, tiga roket diluncurkan. Roket pertama mencapai jarak 364 km.Â
Namun, Impian itu buyar setelah Bung Karno tumbang. Orde Baru lebih melirik industri pesawat sipil dan "melupakan" riset yang dipandang dengan kacamata idiologis idiologis: terlalu ke kiri! Bagaimana nasib 7 roket Kappa-8? pastinya dibesituakan oleh rezim Orde Baru yang pro barat.