Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Keseimbangan Teror: Menjaga Nuklir Tetap Jinak dalam Kasus Perang Rusia-Ukraina

5 Maret 2022   06:50 Diperbarui: 20 November 2022   22:07 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi rudal balistik antar benua (ICBM).sumber: thinkstock via kompas.com

                                                 

"Secara teori bila semua energi dalam atom-atom di satu kertas tiket pesawat dilepas, maka itu cukup menggerakkan pesawat terbang beberapa ribu kali keliling Bumi"

      ----

Apakah pembuka tulisan ini bombastis? sama sekali tidak! itu fakta sains. Perang Dunia II seolah menjadi ajang balap liar untuk menemukan formula--mengunduh--energi dahsyat dari sebuah inti atom. 

Bagaimanapun caranya. Jika terlambat maka Jerman di bawah "Sang Fuhrer" Hitler akan menguasai mesin pembunuh paling ekonomis: Bom Nuklir!

Hitler yang terkenal sebagai orang kuat, labil dan miskin empati, dengan kumis kotak sabunnya menjadi ancaman paling nyata bagi keamanan Amerika serikat bahkan dunia. Tak mau memperlama waktu, Presiden Amerika Serikat D. Roosevelt menyetujui proyek rahasia yang dinamai "Manhattan Project".

Tujuannya satu: segera mengubah energi inti atom menjadi senjata. Seratus dua puluh ribu orang, laki-laki dan perempuan dilibatkan. Tim ini dipimpin oleh ahli fisika Italia, Enrico Fermi.

Pada pertengahan Juli 1945, di gurun terpencil barat daya Amerika, bom atom eksperimental siap diledakkan. Hasilnya cukup menggembirakan. Bisa dideskripsikan begini: cahaya terang menyilaukan membakar angkasa, ledakannya mampu menjadikan menara baja dekat ledakan menjadi uap--sekali lagi benar-benar menjadi uap. 

Tak hanya itu, bahkan menjadikan pasir gurun jadi kaca. Bola api membumbung kebiruan seperti cendawan, dan gelombang kejutnya melanda bukit-bukit dengan hempasan tak terdefinisi: kuat sekali!

Semua bisa diringkas sebagaimana kata dalam kitap suci Hindi "Sekarang Aku telah menjadi Maut, penghancur seluruh alam"

Keseimbangan Teror

Pada 6 dan 9 Agustus 1945, energi liar tersebut diledakkan di sebuah kompleks perkampunyan padat penduduk: Kota Hiroshima dan Nagasaki. Seratus empat puluh ribu penduduk Hiroshima dan 74.000 penduduk Nagasaki meninggal dunia seketika. Ribuan orang menyusul kemudian, akibat panas dan radiasi.

Bom ini lebih tepat sebagai ajang balas dendam Amerika saat Pearl Harbour dijadikan  "samsak" pemboman Jepang, pada Desember 1941. Kenapa Amerika tidak melawan saat itu? Alasannya, amerika kecolongan. Dan juga Amerika dan Jepang tidak punya perjanjian perang. 

Namun, itu terjadi karena Amerika terlalu percaya diri, mengira tidak mungkin negara Asia mau membuat ulah dengan kekuatan raksasa semacam Amerika. Kesombongan yang berujung petaka.

Little Boy dan Fat man--nama bom tersebut--menandai berakhirnya Perang Dunia II yang dimenangkan Sekutu dalam hal ini persekutuan Uni Sovyet dan Amerika Serikat. Jepang akhirnya tunduk: menyerah tanpa syarat. Banyak prajurit dan jendral perangnya melakukan bunuh diri: wujud rasa malu gagal dalam tugas.

Setelah peristiwa Hiroshima dan Nagasaki, tidak ada lagi insiden penggunaan nuklir sebagai alat pembasmi umat manusia. Banyak ketegangan, namun segera mereda. Banyak percobaan senjata Nuklir namun sekedar uji coba saja. Tidak lebih. Negara yang paling rajin dan istiqomah menakut-nakuti dengan uji coba peluru kendali adalah Korea Utara.

Teknologi nuklir bukan lagi teknologi rumit sebagaimana awal ditemukannya. Banyak negara yang berkategori kelas 4--meminjam istilah dari Lyndon B Johnson--mampu menguasai. Sebut saja; China, uji coba pertama pada 1964, India pada 1974, Pakistan pada 1998, dan Korea Utara pada 1984.

Saat melakukan uji coba nuklir, negara-negara tersebut statusnya bukan seperti sekarang ini. Dimana China sudah tumbuh mantap sebagai negara adidaya baru, India dengan keajaiban ekonomi dan teknologinya. Tapi labelnya masih "negara dunia ketiga yang miskin, berdebu juga berbau"

Saat ini ada 10 negara yang disinyalir menguasai nuklir: Amerika Serikat, Russia, China, India, Pakistan, Iran, Korea Utara, Inggris, Perancis, Israel dan mulai muncul keraguan jumlah tersebut di atas, karena ada negara yang disinyalir diam - diam melakukan upaya penguasaan nuklir sebut saja Afrika Selatan.

Pertanyaannya adalah "apakah baik, jika banyak negara yang mempunyai senjata nuklir?" Jawabannya adalah TIDAK BAIK! Sebagaimana yang diungkapkan oleh Einstein "Kemusnahan segala bentuk kehidupan di Bumi telah masuk dalam ranah kemungkinan teknis"

Yang menarik adalah meskipun jumlah pemilik bom nuklir meningkat tapi perang nuklir tidak pernah (belum) terjadi. Ini ada kaitannya dengan ketakutan akan "Mutually Assured Destruction"--sekali meledak dijamin sama-sama hancur.

Ketakutan akan MAD inilah yang menurut ahli teori militer disebut "keseimbangan teror". Pihak pemilik nuklir sama-sama takut memencet tombol merah " LUNCURKAN". Tapi tidak menutup kemungkinan muncul orang tidak waras, atau pemabuk yang dengan kesengajaan atau tanpa sengaja memencet tombol "luncurkan".

Perang Nuklir

Saat ini seluruh dunia menghadapi ketakutan akan adanya pecah perang nuklir yang dipicu manuver Kremlin di Ukraina. Semua negara layak cemas dan khawatir. Namun, menurut banyak perhitungan, senjata nuklir tidak mungkin digunakan oleh Rusia ataupun Amerika. Pastinya juga Perancis maupun Inggris. Jika mereka memencet tombol nuklir akan ada balasan. Mereka tahu tentang itu. Mereka juga takut tentang dampaknya.

Namun, ada hal yang sangat beresiko dan layak diwaspadai: Ukraina! Kita tidak tahu negara ini punya simpanan nuklir apa tidak. Saat mereka terjepit, bisa jadi akan gelap mata dan bisa mengarahkan hulu ledak nuklirnya ke kota di Rusia. Cukup satu saja jika terjadi maka semua tak terhindarkan. Blarr!

Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky dalam setiap penampilannya di media terlihat panik dan frustasi. Seolah NATO yang dijadikan harapan hanya bermain-main dengan retorika gertakan tanpa ikut campur terlalu jauh.

Zelensky sepertinya lebih frustasi menghadapi NATO dibanding menghadapi Kremlin. NATO sepertinya main aman untuk menjauh dari radiasi.

Adanya pembangkit Nuklir di Ukraina bisa menjadi negara tersebut punya kemampuan penguasaan senjata nuklir. Status sebagai bagian penting Uni Sovyet masa lalu juga mengarah bahwa secara teknis Ukraina punya kemampuan pengayaan nuklir.

Amerika dan "pemilik resmi" senjata nuklir bukan pada posisi terdesak. Mereka masih bisa berfikir secara waras untuk tetap menyeimbangkan. Omongan boleh beracun, panas menyengat. Seolah menantang Rusia, dalam perang nuklir. Namun, akal sehat mereka pastinya tidak akan melakukannya. Lebih tepatnya tidak sampai hati menggunakan senjata pembasmi umat manusia ini.

Perang nuklir terjadi jika ada orang nekat dan orang lalai. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, punya kesempatan untuk menjadi frustasi sehingga nekat. Ini bukan humor. Pelawak akan sangat berbahaya jika sudah tidak bisa tersenyum dan tertawa lagi. Dunia harus bisa menenangkan Volodymyr Zelensky dan juga Putin!

Semoga damai menemukan jalannya. Amin

-------

Literatur: The Human Story, Karya James C. Davis dan Berbagai Sumber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun