Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Keseimbangan Teror: Menjaga Nuklir Tetap Jinak dalam Kasus Perang Rusia-Ukraina

5 Maret 2022   06:50 Diperbarui: 20 November 2022   22:07 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 6 dan 9 Agustus 1945, energi liar tersebut diledakkan di sebuah kompleks perkampunyan padat penduduk: Kota Hiroshima dan Nagasaki. Seratus empat puluh ribu penduduk Hiroshima dan 74.000 penduduk Nagasaki meninggal dunia seketika. Ribuan orang menyusul kemudian, akibat panas dan radiasi.

Bom ini lebih tepat sebagai ajang balas dendam Amerika saat Pearl Harbour dijadikan  "samsak" pemboman Jepang, pada Desember 1941. Kenapa Amerika tidak melawan saat itu? Alasannya, amerika kecolongan. Dan juga Amerika dan Jepang tidak punya perjanjian perang. 

Namun, itu terjadi karena Amerika terlalu percaya diri, mengira tidak mungkin negara Asia mau membuat ulah dengan kekuatan raksasa semacam Amerika. Kesombongan yang berujung petaka.

Little Boy dan Fat man--nama bom tersebut--menandai berakhirnya Perang Dunia II yang dimenangkan Sekutu dalam hal ini persekutuan Uni Sovyet dan Amerika Serikat. Jepang akhirnya tunduk: menyerah tanpa syarat. Banyak prajurit dan jendral perangnya melakukan bunuh diri: wujud rasa malu gagal dalam tugas.

Setelah peristiwa Hiroshima dan Nagasaki, tidak ada lagi insiden penggunaan nuklir sebagai alat pembasmi umat manusia. Banyak ketegangan, namun segera mereda. Banyak percobaan senjata Nuklir namun sekedar uji coba saja. Tidak lebih. Negara yang paling rajin dan istiqomah menakut-nakuti dengan uji coba peluru kendali adalah Korea Utara.

Teknologi nuklir bukan lagi teknologi rumit sebagaimana awal ditemukannya. Banyak negara yang berkategori kelas 4--meminjam istilah dari Lyndon B Johnson--mampu menguasai. Sebut saja; China, uji coba pertama pada 1964, India pada 1974, Pakistan pada 1998, dan Korea Utara pada 1984.

Saat melakukan uji coba nuklir, negara-negara tersebut statusnya bukan seperti sekarang ini. Dimana China sudah tumbuh mantap sebagai negara adidaya baru, India dengan keajaiban ekonomi dan teknologinya. Tapi labelnya masih "negara dunia ketiga yang miskin, berdebu juga berbau"

Saat ini ada 10 negara yang disinyalir menguasai nuklir: Amerika Serikat, Russia, China, India, Pakistan, Iran, Korea Utara, Inggris, Perancis, Israel dan mulai muncul keraguan jumlah tersebut di atas, karena ada negara yang disinyalir diam - diam melakukan upaya penguasaan nuklir sebut saja Afrika Selatan.

Pertanyaannya adalah "apakah baik, jika banyak negara yang mempunyai senjata nuklir?" Jawabannya adalah TIDAK BAIK! Sebagaimana yang diungkapkan oleh Einstein "Kemusnahan segala bentuk kehidupan di Bumi telah masuk dalam ranah kemungkinan teknis"

Yang menarik adalah meskipun jumlah pemilik bom nuklir meningkat tapi perang nuklir tidak pernah (belum) terjadi. Ini ada kaitannya dengan ketakutan akan "Mutually Assured Destruction"--sekali meledak dijamin sama-sama hancur.

Ketakutan akan MAD inilah yang menurut ahli teori militer disebut "keseimbangan teror". Pihak pemilik nuklir sama-sama takut memencet tombol merah " LUNCURKAN". Tapi tidak menutup kemungkinan muncul orang tidak waras, atau pemabuk yang dengan kesengajaan atau tanpa sengaja memencet tombol "luncurkan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun