Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bambu Kuning: Dari Tanaman Peneduh sampai Jimat Penolak Teluh

31 Desember 2021   05:50 Diperbarui: 1 Januari 2022   17:28 1837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bambu kuning memberi kesan rumah lebih adem (dokpri)

Kedua: Setiap hari daunnya berguguran. Jika tidak sering dibersihakan akan terlihat kotor, maka ketika menanam dan mempertahankan dalam jumlah banyak maka harus siap untuk membersihkan setidaknya pagi dan sore hari.

Ketiga: Pertumbuhannya yang sangat cepat membutuhkan sentuhan tangan untuk merapikan. Memotong yang dianggap berlebihan. Maka jika bertanam bambu kuning harus siap gergaji, gunting kayu, dan juga arit. Alat tersebut sangat berguna juga untuk pembibitan.

Kesimpulan

Benar tidaknya tentang keistimewaan bambu kuning--sebagai tumbuhan penebar hoki dan juga penolak sihir --belum ada bukti secara ilmiah. Namun setidaknya bisa dirasakan manfaatnya. Salah satunya adalah sebagai tanaman peneduh. 

Realitanya, bambu tersebut diyakini oleh banyak orang membawa keberuntungan dan juga sebagai obat. Sehingga banyak orang yang mencarinya. Saat kita punya dan kita memberi gratis, pastinya akan memberi keceriaan pada orang lain. Membuat orang lain senang pastinya membuat hati kita juga ikutan senang. 

Apa pun alasannya kita menjadi mata rantai kebahagiaan orang lain. Dalam relasi sosial itu mahal. Itulah hikmah bertanam bambu kuning: didatangi banyak orang, mempererat pertemanan, rumah menjadi adem. Satu hal lagi, kita memberi rumah berteduh buat spesies burung dan terkadang juga ular hijau yang tidak berbahaya. Yuk, menanam agar lingkungan menjadi asri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun