Setiap sudut di sekitaran rumah saya tanami bambu kuning. Apalagi tanamn ini begitu cepat bertunas jika musim hujan. Dan saat dewasa bermanfaat sebagai tanaman peneduh.Â
Pada musim kemarau terasa nyaman, bersantai sambil baca buku, atau hanya sekedar ngopi di bawah rindang bambu kuning. Banyak tulisan di Kompasiana lahir dari aktivitas "nyantai". Bisa jadi didorong pikiran rileks dan terbuka, saat hembusan angin, dan suara cericit burung menemani proses berfikir.
Menanam rumput bambu juga bermanfaat bagi spesies lain. Terutama burung: tempat  membangun sarang, mencari serangga atau sekedar berteduh pada siang atau malam hari. Yang sering bersarang adalah burung emprit peking (Lonchura punctulata) dan emprit jawa (Lonchura leugastroides). Selain itu burung prenjak, sirpu, pentet jawa, kedasih dan juga cucak sering hinggap.
Kadang saat malam muncul ular hijau, ular gadung (Ahaetulla prasina)Â yang tidak berbahaya bagi manusia, namun sangat berbahaya bagi burung. Ular tersebut ingin memangsa telur atau burung yang tidur.Â
Sebagai salah satu spesies Sapiens, pastinya menimbulkan dilema ekologis tersendiri. Apakah memihak burung dengan mengusir ular tersebut? atau membiarkan ular tersebut memangsa burung? sebagaimana alaminya.
Dalam rantai makanan, ular memang memangsa burung untuk kelangsungan hidupnya. Sampai saat ini belum ada jenis ular yang berkategori vegetarian: makan kangkung misalnya. Namun jika melihat kelucuan burung maka hati kecil akan berpihak ke burung dan mengusir ular.Â
Ular secara umum menimbulkan kengerian pada sebagian besar manusia spesies sapiens. Kenapa manusia lebih simpatik terhadap burung dibanding ular? secara ekologis peran ular dan burung sama di ekosistem.Â
Apa karena tampilannya yang kurang kharismatik? jangan-jangan itu masalahnya. Wah ini adalah rasisme di bidang ekologis. Pada akhirnya saya benar-benar mengusir ular dan memihak burung. Saya merasa seolah merampas acara makan malam ular, tapi sekaligus sebagai pelindung spesies burung.
Budidaya Mudah