Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ahli Hukum Ruang Angkasa: Profesi Masa Depan yang Sepi Peminat

2 Agustus 2021   11:37 Diperbarui: 9 Maret 2023   09:05 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mempelajari hukum ruang angkasa mahasiswa Indonesia harus kuliah di Rusia atau, Eropa dan Amerika. Sebagaimana Raymond Sihombing, yang lulus dari Universitas Druzhby Naradov, sebagai satu-satunya ahli hukum ruang angkasa pertama dari Indonesia.

Kesadaran Ruang Angkasa

Sampai saat ini kesadaran bahwa ruang angkasa adalah SDA yang sangat potensial belum terlalu menjadi perhatian oleh banyak kalangan. Dengan adanya ribuan satelit yang mengorbit di atas wilayah Indonesia pastinya memunculkan keinginan negara yang punya satelit menggunakan keunggulannnya untuk mencari data terkait indonesia. Baik potensi SDAnya maupun juga instalasi militer yang bisa mereka gunakan sebagai basis data saat punya masalah dengan Indonesia.

Pertahanan dari kejahatan ruang angkasa inilah yang masih lemah buat negara Indonesia. Memang untuk menjadi pemain terdepan teknologi ruang angkasa bukan hal mudah. Butuh dana yang luar biasa besar. Sebagai gambaran untuk mengirimkan manusia ke Bulan tahun 1969 Amerika menghabiskan lebih dari 2000 triliun. 

Angka itu hampir setara  dengan APBN Indonesia tahun 2019. Sebenarnya asa memasuki era antariksa sudah dicanangkan presiden Soekarno tahun 1964, dengan meluncurkan Roket Kartika-1 pada 14 Agustus 1964 di Pantai Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. 

Roket hasil kreasi dari tim gabungan ITB, AURI dan PINDAD. Roket meluncur mulus dengan ketinggian 60 km. Keberhasilan Indonesia meluncurkan roket atmosfer menjadikan negara kedua setelah Jepang yang berhasil membuat roket sendiri.

Ruang angkasa sebagai warisan bersama umat manusia (the common heritage of mankind) harus di jadikan ladang rezeki bersama umat manusia. Maka, rakyat Indonesia jangan sampai telat mempersiapkan diri, bahwasanya dalam kenyataan yang namanya warisan harus direbut dengan SDM dan teknologi yang mumpuni. Kita tidak bisa hanya menunggu jatah bagian yang diberikan, karena pastinya tidak akan ada yang memberikan.

Selamat datang pada abad antariksa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun