Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanpa Serangga, Manusia Ambyar

16 Maret 2021   09:34 Diperbarui: 16 Maret 2021   09:46 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Saat jumlah manusia semakin banyak dan aktivitas manusia untuk menguasai rantai energi yang ada--lebih tepatnya mengobrak abrik--habitat serangga mengalami perubahan. Ini berdampak pada populasinya.

Butuh kepedulian agar serangga bisa banyak lagi, sehingga rantai makanan di ekosistem tidak terguncang. Entomolog menganalisa bahwa sebab hilangnya serangga adalah: penggunaan pestisida berlebihan, pembukaan areal pertanian dan juga perubahan iklim akibat adanya pemanasan global (global warming). Tiga sebab utama tersebut bukan faktor alami namun aktivitas dari manusia.

Gunung meletus, angin puting beliung, bisa mengganggu keberadaan serangga namun alam bisa memulihkannya dengan cepat, dan sifatnya hanya temporer

Aktivitas manusia seperti lingkaran setan. Mana ujung yang harus diurai duluan menjadi abstrak dan tidak jelas. Misal, untuk menjaga tanaman pertanian agar menghasilkan produk yang berkualitas--berkualias atau beracun(?)--manusia menebarkan atau menyemprot tanaman dengan pestisida. Serangga yang merugikan bagi tanaman (hama) bisa terkendali jumlahnya. Dalam bahasa lainnya mati. Namun, serangga lain yang tidak ada sangkut pautnya, juga ikutan mati. Ini adalah bentuk pengendalian hama yang ceroboh dan tidak tepat sasaran.

Untuk mengendalikan hama wereng petani menyemprot sawahnya menggunakan pestisida kimia. Wereng mati, namun daftar kematian masih berlanjut: kupu-kupu, belalang, jangkrik, kunang-kunang,capung, keluwing, cenggeret, bahkan ikanpun mati akibat limpasan pestisida atau pupuk.

Jika serangga mati maka penyerbukan tanaman tidak maksimal, spesies yang lebih tinggi di rantai makanan akan mengalami penurunan populasi, terhambatnya aliran zat hara bagi tanaman, munculnya hama perusak karena hilangnya predator alami, tanaman tidak berproduksi, manusia dan satwa kehilangan makanan. Akhirnya kerugian bagi manusia.

Serangga adalah Tetangga.

Terkadang tubuhku yang fana ini digerayapi serangga. Serangga itu tidak menyengat, hanya menggelikan dan tubuhku bereaksi berlebihan. Dan semua tahu pastinya, serangga itu harus tiada dengan tepukan tangan keras.

Saya hanya mengandaikan, tiba-tiba saya dipeluk orang dari belakang, dan membuat saya geli. Lalu apakah saya layak, menariknya dan memukulinya tanpa ampun. Uhh..ini mengerikan!

Saya berfikir, begitu jahatnya sebagai spesies manusia. Statusnya di ekosistem berada sebagai makhluk paling cerdas dan berbudaya. Namun, karena geli saja sudah cukup menghukum makhluk hidup lainnya dengan hukuman paling berat. Hanya geli lho!

Undang-undang di alam liar (ekosistem) saja tidak seganas itu. Maka saya merenungkan kata-katanya Stephen Hawking "mustahil manusia sendirian di jagad raya ini. Namun jangan sampai mengundang spesies lain dari jagad raya untuk berkunjung ke Bumi" saya hanya menangkap sekilas, bahwa spesies yang tingkatannya lebih tinggi akan memangsa atau menjajah spesies tingkat di bawahnya. Alien dari luar bumi diprediksi punya kecerdasan lebih tinggi. Pada waktu itulah, kita umat manusia menjadi mangsanya. Hollywood banget...tapi bisa saja begitu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun