hujan turun di akhir Oktober, Andi selalu teringat pada masa-masa remajanya, puluhan tahun yang lalu.
Di sebuah kota yang kini ramai dengan hiruk pikuk kendaraan dan gedung-gedung tinggi, ada seorang pria paruh baya bernama Andi yang sering merenung di balik jendela kantornya. Setiap kaliSaat itu, jalanan di kota ini masih lengang. Andi dan kekasihnya, Ken, sering berjalan kaki menyusuri trotoar yang sepi. Mereka adalah sepasang anak SMA yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Setiap sore, setelah pulang sekolah, mereka akan bertemu di sebuah taman kecil di ujung jalan. Di sana, mereka berbagi cerita, tawa, dan mimpi-mimpi tentang masa depan.
Pada suatu sore di akhir Oktober, hujan turun dengan deras. Andi dan Ken berteduh di bawah pohon besar di taman itu. Hujan tidak menghalangi mereka untuk menikmati kebersamaan. Mereka berbicara tentang segala hal, mulai dari pelajaran di sekolah hingga rencana mereka setelah lulus. Andi ingat betul bagaimana Ken tertawa riang ketika ia mengungkapkan keinginannya untuk menjadi penulis.
"Ken, suatu hari nanti, aku ingin menulis buku tentang kita. Tentang semua kenangan indah ini," kata Andi sambil memandang Ken dengan penuh cinta.
Ken tersenyum dan mengangguk. "Aku yakin kamu bisa, Andi. Dan aku akan menjadi pembaca pertamamu."
Namun, waktu berlalu dan keadaan berubah. Setelah lulus SMA, mereka harus berpisah. Ken melanjutkan kuliah di kota lain, sementara Andi tetap di kota ini untuk bekerja dan membantu keluarganya. Mereka berjanji untuk tetap berhubungan, tetapi jarak dan kesibukan membuat komunikasi mereka semakin jarang. Akhirnya, mereka kehilangan kontak.
Puluhan tahun kemudian, Andi menikah dan memiliki seorang putri bernama Anisa. Anisa kini duduk di bangku SMA, di sekolah yang sama dengan tempat ayahnya dulu menuntut ilmu. Setiap kali Andi mengantar Anisa ke sekolah, ia tidak bisa menahan nostalgia yang membanjiri pikirannya. Jalanan yang dulu sepi kini penuh dengan kendaraan, tetapi kenangan tentang Ken tetap hidup dalam ingatannya.
Suatu hari, saat hujan turun di akhir Oktober, Andi memutuskan untuk mengajak Anisa berjalan-jalan. Mereka menyusuri trotoar yang pernah menjadi saksi bisu kisah cintanya dengan Ken. Andi bercerita tentang masa lalunya, tentang Ken, dan tentang hujan di akhir Oktober yang selalu mengingatkannya pada kenangan indah itu.
Anisa mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia merasa terharu mendengar cerita ayahnya. "Ayah, apakah Ayah masih merindukan Ken?" tanyanya pelan.
Andi tersenyum dan mengangguk. "Ya, Nak. Kenangan itu selalu ada di hati Ayah. Tapi sekarang, Ayah punya kamu dan Ibumu yang membuat hidup Ayah penuh kebahagiaan."
Anisa tersenyum dan meraih tangan ayahnya. "Ayah, mungkin suatu hari nanti, aku juga akan menciptakan kenangan indah di jalanan ini, seperti Ayah dan Ken dulu."