Diancam Mau Dimatikan, Warga Desa Pematang Setrak Gelar Tepung Tawar
Teluk Mengkudu
Pasca heboh pada 31 Maret 2022, Masyarakat Dusun V Desa Pematang Setrak mengadakan tepuk tempung tawar kepada inisial ZF yeng sebelumnya sempat diduga dianiaya oleh warga dusun lain pada desa yang sama, Jumat (1/4/2022) malam.Â
"Malam ini kita berkumpul di rumah ini, dalam rangka meminta kepada Allah menarik kembali semangat saudara kita Zulkifli, dengan melakukan tepuk tepung tawar, " sebut salah seorang perwakilan warga, Bilal Sofyan Nasution.Â
Sofyan menjelaskan kepada seluruh warga yang hadir bahwa isu yang beredar di media sosial itu tidak benar, saudara ZF diduga membawa bunga dan menaburkan di Tempat Pemungutan Suara (TPS).Â
Padahal, lanjut Sofyan, saudara ZF hanya membawa garam yang dicampur dengan kunyit dan beretih sebagai bentuk adat istiadat tepuk tepung tawar di tempat tempat yang dikhawatirkan terjadi konflik atau tinggi aurah negatifnya.Â
"Saudara ZF menaburkan tiga bahan itu bukan dengan tujuan lain, melaikan ingin mendinginkan TPS yang dikhawatirkan akan terjadi konflik, serta bentuk media meminta kepada Allah SWT agar pada hari pencoblosan tidak terjadi hujan", terang Sofyan yang juga Tokoh Masyarakat Desa Pematang Setrak.Â
Tepuk tepung tawar adalah salah satu bagian prosesi yang sakral dalam upacara adat budaya melayu. Tepuk tepung tawar biasanya dilakukan pada acara pelantikan pejabat atau tokoh adat dan daerah, sunatan, khususnya acara pernikahan, atau acara-acara yang dianggap penting dengan harapan suasana atau kehidupan dapat berjalan dengan dingin "Adem, Ayem".
Dalam kesempatan itu, Sofyan meminta kepada warga, untuk tidak terpancing dengan isu-isu yang belum pasti kebenarannya. "Bapak, ibu sekalian, kita sebagai umat yang beragama, hendaknya jangan mudah terpancing dengan isu yang belum pasti, bisa saja isu tersebut ingin memecah belah kita," harap Sofyan.Â
Ditempat yang sama, ZF kepada wartawan menjelaskan bahwa video yang beredar di media sosial terkait penaburan bunga tidak benar, "Benar saya berada di situ hendak menaburkan garam, namun tidak seperti yang beredar di Facebook saya menabur bunga", jelasnya.Â
ZF menambahkan bahwa waktu itu, 31 Maret 2022 dini hari, saat di introgasi warga sekitar, dirinya juga mendapat kekerasan serta ancaman akan diakhiri hidupnya oleh salah seorang warga dilokasi.Â
"Saya diancam yang tidak-tidak hingga mau dipotong, hal itu membuat saya berbicara bagaimana bisa menyelamatkan diri saya dari situasi itu, sebab disitu ramai, siapa yang tidak takut diancam seperti itu, hingga dihadiahi kekerasan", tutur ZF.Â
Selain itu, ZF mengaku bahwa dirinya tidak diupahi (dibayar) oleh salah seorang Calon Kades, "Tidak, saya tidak ada diupahi, kata itu muncul agar saya segera dilepaskan mereka", tambah ZF.Â
Dalam ancaman itu, ZF menyebutkan bahwa benda yang dibawanya itu untuk mendinginkan suasana, namun anehnya pihak warga terus mengancam yang disertai dengan kekerasan. *Agus#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H