Mohon tunggu...
Agus Samsudrajat S
Agus Samsudrajat S Mohon Tunggu... Dosen - Membuat Tapak Jejak Dengan Berpijak Secara Bijak Dimanapun Kaki Beranjak. http://agus34drajat.wordpress.com/

Public Health, Epidemiologi, Kebijakan Kesehatan @Wilayah Timur Khatulistiwa Tapal Batas Indonesia-Malaysia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Awas! Gaya Hidupmu Bikin Kanker Anak Melonjak?

15 Februari 2020   07:16 Diperbarui: 16 Februari 2020   13:06 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akademisi dan peneliti epidemiologi maupun kebijakan kesehatan masyarakat sepakat bahwa faktor resiko kanker yang paling dominan dan bisa modifikasi oleh setiap orang adalah perilaku atau gaya hidupnya.

Maka gaya hidup menjadi kunci utama yang semestinya menjadi fokus kita (pemerintah dan masyarakat) untuk berusaha memperbaikinya. Karena secara pengalaman dan teori faktor itu mutlak bisa diperbaiki, diubah atau direkayasa jika kita sadar dan mau melakukanya.

Kementerian Keuangan pernah mempublikasikan sebuah data tahun 2018 tentang kebijakan fiskal dan konsumsi rumah tangga yang menyimpulkan bahwa pola perilaku atau gaya hidup masyarakat Indonesia masih belum menunjukan pola gaya hidup dinegara berkembang pola di negara maju, bahkan gaya hidupnya cenderung mengarah kepada gaya yang ada dinegara-negara miskin dan rentan.

Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Dengan 4 Negara Lainya, Kemenkeu 2018
Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Dengan 4 Negara Lainya, Kemenkeu 2018
Data itu menggambarkan bahwa pola hidup warga Indonesia masih lebih fokus dan prioritas kepada investasi jangka pendek makanan 34,2% dibanding investasi jangka panjang seperti pengeluaran untuk menjaga kesehatan, meninggalkan rokok, pendidikan, komunikasi, dan transportasi. 

Justru jika dibandingkan dengan India, Jepang, Meksiko, Korea Selatan dan Amerika indikator pengeluaran untuk kesehatan dan transportasi kita jauh menduduki posisi yang terkecil atau terendah. Masih logiskah kita bermimpi Indonesia akan jadi negara maju?

Analisis Badan Pusat Statistik menyimpulkan rokok masih menjadi konsumsi terbesar kedua setelah beras yang paling berpengaruh terhadap garis kemiskinan nasional. Pada kelompok rumah tangga miskin dan rentan, keterbatasan penghasilan membuat mereka menghabiskan sebagian besar pengeluarannya untuk konsumsi makanan.

Hal itu menyebabkan pengeluaran lainnya, termasuk pendidikan dan kesehatan, memiliki porsi dan nominal yang sangat kecil. Pemerintah perlu berperan aktif dalam rangka menjamin akses pendidikan dan kesehatan bagi rumah tangga kelas miskin dan rentan. Padahal rokok menjadi salah satu faktor resiko kanker.

Artinya tingginya pengeluaran untuk makanan tidak menjamin kesehatan. Secara tidak langsung itu memperlihatkan tingkat pengeluaran untuk makanan meskipun lebih besar dan tinggi dibandingkan negara maju seolah tidak memberikan dampak kualitas hidup. 

Dengan kata lain orientasi hidup rata-rata orang indonesia hanya untuk makan, bukan makan untuk melanjutkan hidup. Hal ini menimbulkan spekulasi kuat bahwa masih ada yang salah dengan pengetahuan dan perilaku "asal makan, baik itu keseimbangan porsi, komposisi maupun nutrisinya.

Apalagi jika kita melihat tren gaya hidup kelompok generasi Y atau milenial di era 4.0 ini. Media sosial menjadi salah satu media pemicu meningkatnya ancaman kanker akibat berbagai informasi yang mempengaruhi mental untuk berperilaku makan yang tidak sehat. 

Salah satunya adalah challange tantangan remaja dan anak-anak melalui quiz berupa polling warganet untuk minum "boba/buble milk tea" dengan pemanis/gula melebihi nilai batas aman (per hari per orang 4 sendok makan atau -+50 gram), Bahkan si pemilik akun membuat tantangan 3-5 liter habis dalam waktu 3 jam, 5 jam atau 12 jam sendirian melalui laman media sosial terpopuler youtube. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun