Mohon tunggu...
Agus Santoso
Agus Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - PNS

Senang membaca buku dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wawancara Sejarah Lisan untuk Melengkapi Kekosongan Sumber Sejarah

8 Mei 2024   10:30 Diperbarui: 8 Mei 2024   12:58 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara dengan Bapak Cosmas Barubara di kediamannya, 4 Mei 2008 (Dok. pribadi)

Bahkan kadang-kadang dari jawaban tersebut keluar kenangan yang mungkin belum pernah disampaikannya kepada orang lain. 

Seorang pewawancara harus dapat menggali sedalam-dalamnya suatu peristiwa yang pernag dialami oleh seorang tokoh nasional. Informasi yang disampaikan tentunya belum tertulis dalam catatan sebuah buku atau lainnya.

Ciri-ciri sejarah lisan tidak dapat dilepaskan dari esensinya yaitu bersumber pada lisan bukan pada sumber tertulis. Segala yang diucapkan oleh pelaku menjadi dasar dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan (Willa K Baum, 1982). 

Selain itu, penyampaian dalam wawancara Sejarah lisan lebih banyak bersifat naratif, hanya cerita pengalamannya saja yang disampaikan oleh pelaku. 

Setiap pelaku atau tokoh yang diwawancarai tentunya mengalami peristiwa yang unik dan mempunyai karakter yang berbeda-beda, sehingga penyampaiannyapun dapat berbeda-beda, walaupun esensinya sama. Ingatan yang disampaikan oleh pelaku memiliki kredibilitas yang berbeda, karena masing-masing pelaku mempunyai daya tampung ingatan yang berbeda-beda pula.

Tehnik yang biasa digunakan wawancara sejarah lisan adalah Open Type Interview (Wawancara dilakukan dengan cara pertanyaan ditentukan terlebih dahulu, sedangkan narasumber dapat menjawab bebas (P. Lim Pui Huen, 2000). 

Adapun Teknik wawancara yang dimaksud adalah sebagai berikut: Wawancara biasa merupakan percakapan antara dua orang dan berlangsung antara pengkisah dan pewawancara, wawancara simultan yakni wawancara secara sekaligus terhadap sejumlah pelaku yang mengalami peristiwa yang sama. 

Sementara itu, dalam mencari informasi, pewawancara juga dapat melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa ((wawancara dengan keluarga responden (P. Lim Pui Huen, 2000)).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun