Mohon tunggu...
AGUS MAWAR
AGUS MAWAR Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

KKN Berdarah: Teror Badik dan Kabar WhatsApp yang Mematikan

29 Mei 2024   22:03 Diperbarui: 29 Mei 2024   22:23 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           

Hari ini merupakan hari ke 5 saya sebagai koordintor dadakan daerah KKN. Sebelumnya cerita-cerita yang membuat ngeri sudah banyak menggerogoti pikiranku dan para mahasiswa KKN. Bagaimana tidak, kampung yang sangat terkenal dengan kebrutalannya, yang selalu memakan korban jiwa ternyata menjadi daerah tempat kami melaksanakan KKN. 

Dulu, saya hanya mendengar rumor maupun berita burung tentang kampung ini, yang konon katanya, setiap orang yang lewat dikampung ini, dan itu diatas jam 12 malam, maka mereka harus membunyikan klakson kendaraannya, dan itupun kodenya harus sesuai, kalau tidak, alih-alih barang berharga, akan tetapi nyawa mereka yang menjadi taruhannya.

Aah, itu cuman omong kosong saja, mana mungkin ada kampung yang sebejat itu "pikirku". Rumor itu pun terpecahkan setelah keberadaanku dikampung tersebut. Dan ternyata semua yang selama ini saya anggap berita burung ataupun hoaks adalah kejadian nyata. Setelah mendengar langsung cerita dari Pak Lurah kami yang sekaligus beliau adalah tuan rumah yang menampung kami selama melaksanakan KKN.

"Dua hari sebelum kalian datang, kejadian pembunuhan itu Kembali terulang" kata Pak Lurah. "bagaimana bisa pak?" tanyaku. Sambil menghisap rokoknya, Pak Lurah menceritakan: katanya "kemarin itu dua anak SMP saling cekcok dijalan, entah bagaimana akhirnya mereka saling kejar-kejaran, mungkin karena tersinggung, akhirnya anak yang dari kampung ini terus mengejar temannya pakai motor. 

Karena merasa terancam, akhirnya yang dikejar ini bersembunyi di rumahnya. Mungkin karena masih merasa kesal, yang mengejarnya pun masih berusaha mendapatkan temannya walaupun sudah bersembunyi dirumah. Setelah pintu diketuk, yang keluar adalah bapak temannya. 

Saat itu terjadilah adu mulut, kemungkinan ada kata-kata yang keluar dari si bapak kurang bagus didengar, akhirnya anak yang mengejar temannya ini tiba-tiba saja mengeluarkan badik yang selalu dia bawa. Dan dengan spontan menikam bapak temannya hingga meninggal"

Mendengar cerita tersebut, saya pun terkejut mendengar kejadian ini, ternyata walaupun umur masih SMP, jiwa membunuhnya sudah ada, bahkan bukan main-main yang dibunuhya ini ternyata adalah mantan polisi. "harus ekstra hati-hati nih, kalau mau pergi observasi" dalam hatiku.

Belum cukup satu hari cerita itu masuk di pikiranku, tiba-tiba terdengar teriakan dari bawah  rumah dalam Bahasa bugis "pak Lurah, yunoi bali dare'ku"(Sebelah kebun saya dibunuh). 

Mendengar teriakan itu, ibu Lurah pun dengan sigapnya keluar rumah "hee magai" (Ada apa?). "La Baco (Nama Bugis) , nawettai Labeddu" (Baco membacok Beddu) ucap ibu yang membawa berita. "jaji magani fale"  (jadi bagaimana ?) Ibu Lurah kembai bertanya. "lariwi La Baco, na tuli makkatenni mofi bangkung" (La Baco terus kabur, dan masih membawa Goloknya). "wee Fuang" (ya allah) ucap Ibu Lurah sambil merasa takut dan Iba.

Sambal berlari ke dalam rumah, Ibu Lurah pun memberikan kepada kami peringatan untuk memberikan arahan kepada seluruh mahasiswa KKN agar jangan ada yang keluar rumah, karena kondisi yang tidak memungkinkan dan berpotensi memakan korban jiwa. Akhirnya saya pun mengkordinasikannya ke seluruh Kordes agar tidak melakukan kegiatan diluar rumah.

Sementara itu, seluruh grup Whatsapp dan status para mahasiswa KKN tiba-tiba penuh dengan pemberitaan terkait kejadian pembacokan ini. Bagaikan api yang membakar kapas, kekuatan sebaran beritanya begitu cepat sampai berita ini pun terdengar di pihak kampus. 

Satu hal yang membuat kejadian ini menjadi terasa mengerikan karena sudah memakan korban 2 orang. Tak terkecuali mahasiswi, para mahasiswa pun banyak yang harap-harap cemas dengan kejadian ini, karena menurut berita yang bersebaran bahwa pelaku berlari dari satu kampung ke kampung lain dan akan membacok siapapun yang dilaluinya.

Kami pun stay dan tetap dirumah msing-masing dengan posisi pintu yang dikunci rapat. Dari kejauhan dapat terlihat melalui jendela, para warga berbondong-bondong Kembali dari sawah dan kebun mereka. Sekolah-sekolah setempat pun tiba-tiba menelpon seluruh orang tua murid agar para murid dijemput dan dipulangkan untuk sementara waktu. Sehingga waktu itu suasana yang tadinya ramai, kini menjadi hening. Tak ada satu pun kendaraan yang lalu Lalang di jalanan.

Triing...triing.. pemberitaan grup whatsapp pun semakin ramai akan kejadian yang saat ini menimpa penduduk. "sudah masuk kampung Bila".. sontak seluruh mahasiswa di desa Bila pun kian merasa takut.. "korban bertambah jadi 3". Berita-berita whatsapp semakin memperburuk situasi. "ada dibacok lagi di kampung waempubbu". Belum beberapa menit Kembali terupdate "korban jadi 5 orang" berita-berita ini pun terus membanjiri Whatsapp, sehingga seharian aktivitas tidak berjalan normal.

Malam hari pun tiba, semua penduduk dan mahasiswa KKN berharap akan ada berita baik terkait kejadiaan ini. Tiba-tiba pemadaman listrik pun terjadi. Bukannya kabar baik, justru listrik pun ikut memperkeruh situasi. 

Menanggapi hal ini, Babin Kamtibmas pun turun tangan dengan melapor kepada Lurah "Pak Lurah, saat ini tersangka pelaku belum juga ditangkap. Tolong malam ini disampaikan ke grup warga, jangan ada yang keluar rumah, pintu dikunci rapat dan harus mempersiapkan benda-benda tajam seperti tombak, golok maupun lainnya sebagai alat keamanan diri". 

Mendengar hal itu, saya pun melihat kearah kamar, apakah ada benda tajam yang bisa saya pegang, harap-harap sebagai alat keamanan jika terjadi hal yang tak diinginkan sambil bergumam dalam hati "mungkin malam ini menjadi malam terakhir kami dikampung ini, entah besok masih selamat atau tidak, hanya tuhan yang tahu"

Saya pun masuk kamar sambil melihat berita di grup Whatsapp, ternyata dari tadi sudah ramai dengan berita pemadaman listrik. Sayapun menyampaikan kepada seluruh mahasiswa agar semuanya berhati-hati dan tidak keluar rumah. selang beberapa waktu "ada lagi korban" sampai malam ini, jumlah korban yang di beritakan sudah berjumlah 6 orang. Dengan berbagai berita yang kami pun belum bisa memastikannya, jelas membuat kami sangat merasa takut dan sangat cemas akan keselamatan di kampung ini. 

Malam ini pun menjadi malam yang sangat terasa Panjang, dan entah bagaimana juga listrik yang tak kunjung menyala pun seakan menjadi hidangan tanpa dipesan. Saya pun teringat plot twis dari kisah-kisah film, akan tetapi situasi film itu merupakan settingan, sedangkan situasi malam ini murni bukan settingan dari sutradara tertentu. Sampai pukul 02.15 mata saya sudah Lelah untuk menatap layar handphone, saya pun memutuskan untuk tidur, namun dalam keadaan menyimpan pisau dibawah bantal dengan tujuan sebagai keamanan diri, kalau terjadi situasi yang tidak bersahabat.

Pagi harinya pun menjadi hal yang sangat dinanti-nantikan, tepat pada waktu menjelang duhur, akhirnya pelaku berhasil diamankan di sebuah kebun jagung. Awalnya, pelaku sudah kehabisan tenaga karena belum makan dari kemarin, hingga dia istirahat disebuah rumah kebun. 

Disinilah akhirnya dia diringkus. Diketahui bahwa pelaku awalnya hampir melawan aparat Ketika akan ditangkap tetapi akhirnya bisa dilumpuhkan oleh gabungan masyarakat, tentara dan polisi. Ketika diinterogasi pun ternyata pelaku menuturkan bahwa seakan bukan dirinya yang melakukannya, akan tetapi ada kekuatan lain dalam dirinya, karena yang menjadi korban ini adalah sahabatnya sendiri. 

Selain itu juga terungkap bahwa jumlah korban yang terkena adalah hanya 2 orang, bukan 6 orang sebagaimana pemberitaan wahatsapp. Dari 2 orang ini, 1 orang meninggal dan 1 lagi dilarikan ke Rumah Sakit dengan kondisi yang sangat mengerikan yaitu sabetan pedang dibagian paha dan kepalanya.

Setelah tertangkapnya pelaku, kami pun sebagai mahasiswa KKN sangat merasa lega, karena kegiatan kami bisa dilanjutkan, terlebih waktu pelaksananya masih sangat lama yaitu masih ada lebih 1 bulan dilokasi. Akan tetapi kejadian ini juga secara tidak langsung menmberikan kami pelajaran agar tetap waspada dan tidk menganggap remeh para penduduk di kampung ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun