Memang yang namanya untung tak selalu dapat diraih, malang pun tak selalu dapat ditampik. Jika Anda menjumpai lingkungan kerja yang toksik, maka melalui tulisan ini ada beberapa kemungkinan yang bisa Anda praktikkan untuk menghindari pengaruh atau dampak buruk dari lingkungan di sekitar Anda.
1. Menjaga jarak dengan sesama rekan kerja sekantor
Urusan menjaga jarak dengan sesama rekan kerja jelas merupakan pilihan yang bisa kita lakukan bilamana kita menemukan lingkungan kerja yang toksik. Sebab sudah bisa ditebak, bila kita tidak pandai mengambil sikap, maka diri kita lambat laun akan tercemar oleh pemikiran toksik dari rekan-rekan kerja di sekitar kita.
Memang tak mudah mempraktikkan "jaga jarak" ini, karena sudah barang tentu diri kita lambat laun akan menjadi pusat perhatian. Akibat terburuk yang akan kita alami adalah tidak mendapatkan teman atau sahabat di lingkungan kerja kita.
2. Mencoba untuk tidak memedulikannya
Mencoba untuk tidak memedulikan lingkungan kerja toksik pun tak mudah, karena bisa jadi lama-kelamaan justru kondisi ini akan menjadi "cobaan" berat yang harus kita hadapi.
Jika mental kita terbilang cemen dan mudah menyerah, sudah hampir pasti kita yang akan dilibas oleh situasi yang ada. Jadi jika kita memang masih merasa kuat untuk bertahan, sebaiknya kita coba sampai titik darah penghabisan!
3. Tetap menjadi diri sendiri
Pilihan untuk selalu menjadi diri sendiri di zaman sekarang termasuk pilihan yang "tidak populer" untuk dijalani. Karena kebanyakan orang di zaman sekarang lebih suka ikut-ikutan atau menjadi follower semata. Dengan ikut-ikutan atau menjadi follower maka hal pasti yang kita dapatkan adalah memeroleh teman atau sahabat dengan mudah di lingkungan kerja yang toksik.
Tapi jangan berbahagia dulu, karena tanpa kita sadari bahaya lain sedang mengintai di belakang. Dan bahaya itu nantinya dengan perlahan namun pasti cenderung merubah kepribadian kita menjadi seorang pribadi yang toksik. Mau?
4. Menyulap beberapa rekan kerja agar menjadi agen anti-toksik
Pilihan ini terbilang gampang-gampang sulit. Ibarat masuk ke dalam mulut buaya atau mulut seekor singa, maka berita terburuknya adalah menjadi santapan mereka. Melakukan perekrutan terhadap rekan kerja di lingkungan kerja yang toksik, sekaligus menyulap mereka-mereka ini agar dapat menjadi agen-agen anti-toksik, tentu bukanlah pekerjaan yang mudah.
Biasanya situasi dan kondisi di lingkungan kerja yang toksik sudah didesain sedemikian rupa agar para karyawan atau staf di lingkungan kerja tersebut tidak bisa terlampau banyak melakukan manuver-manuver yang mengancam "hegemoni" kekuasaan yang notabene menjadi pengendali keadaan yang serba toksik di lingkungan kerja tersebut. Jadi pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, apakah Anda siap untuk berjuang terus atau memilih menyerah pada keadaan?
5. Bertekun dalam doa dan melakukan tugas yang dibebankan dengan sebaik-baiknya
Pilihan kelima ini sepintas selalu tampak menjadi pilihan yang paling mudah untuk dilakukan. Namun jangan senang dahulu, karena justru ada begitu banyak godaan untuk merealisasikannya. Jika kita memang berniat untuk selalu rajin mendoakan tempat kerja kita agar menjadi lebih baik di masa mendatang; maka sudah barang tentu kita harus mengimbangi perilaku dan ketekunan berdoa ini dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik pula.
Karena rasanya kurang afdol bilamana di satu sisi kita mengaku tekun berdoa, namun pada waktu yang hampir bersamaan di hati kita munculkan sumpah serapah dan caci-maki yang tak berkesudahan menanggapi situasi yang ada.
Sedangkan untuk melakukan tugas yang dibebankan kepada kita dengan sebaik-baiknya sudah pasti akan menghadapi "seribu satu tantangan" dari sesama rekan kerja di lingkungan yang toksik tersebut. Mengapa hal itu terjadi? Karena pada prinsipnya, rekan-rekan kerja Anda akan merasa terancam posisi, kedudukan, hingga rezekinya akibat "keberhasilan" yang berhasil Anda tunjukkan pada atasan di kantor.
Dengan demikian benarlah ungkapan yang menyatakan bahwa, "Lingkungan kerja toksik itu pasti ada, namun menjadi toksik itu pilihan!".
Banjarmasin, 31 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H