4. Menyulap beberapa rekan kerja agar menjadi agen anti-toksik
Pilihan ini terbilang gampang-gampang sulit. Ibarat masuk ke dalam mulut buaya atau mulut seekor singa, maka berita terburuknya adalah menjadi santapan mereka. Melakukan perekrutan terhadap rekan kerja di lingkungan kerja yang toksik, sekaligus menyulap mereka-mereka ini agar dapat menjadi agen-agen anti-toksik, tentu bukanlah pekerjaan yang mudah.
Biasanya situasi dan kondisi di lingkungan kerja yang toksik sudah didesain sedemikian rupa agar para karyawan atau staf di lingkungan kerja tersebut tidak bisa terlampau banyak melakukan manuver-manuver yang mengancam "hegemoni" kekuasaan yang notabene menjadi pengendali keadaan yang serba toksik di lingkungan kerja tersebut. Jadi pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, apakah Anda siap untuk berjuang terus atau memilih menyerah pada keadaan?
5. Bertekun dalam doa dan melakukan tugas yang dibebankan dengan sebaik-baiknya
Pilihan kelima ini sepintas selalu tampak menjadi pilihan yang paling mudah untuk dilakukan. Namun jangan senang dahulu, karena justru ada begitu banyak godaan untuk merealisasikannya. Jika kita memang berniat untuk selalu rajin mendoakan tempat kerja kita agar menjadi lebih baik di masa mendatang; maka sudah barang tentu kita harus mengimbangi perilaku dan ketekunan berdoa ini dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik pula.
Karena rasanya kurang afdol bilamana di satu sisi kita mengaku tekun berdoa, namun pada waktu yang hampir bersamaan di hati kita munculkan sumpah serapah dan caci-maki yang tak berkesudahan menanggapi situasi yang ada.
Sedangkan untuk melakukan tugas yang dibebankan kepada kita dengan sebaik-baiknya sudah pasti akan menghadapi "seribu satu tantangan" dari sesama rekan kerja di lingkungan yang toksik tersebut. Mengapa hal itu terjadi? Karena pada prinsipnya, rekan-rekan kerja Anda akan merasa terancam posisi, kedudukan, hingga rezekinya akibat "keberhasilan" yang berhasil Anda tunjukkan pada atasan di kantor.
Dengan demikian benarlah ungkapan yang menyatakan bahwa, "Lingkungan kerja toksik itu pasti ada, namun menjadi toksik itu pilihan!".
Banjarmasin, 31 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H