Pun saat menyimak dongeng atau kisah-kisah kehidupan adiluhung berbahasa Jawa, penguasaan bahasa Jawa saya sangat membantu proses pemahaman dan penyerahan nilai-nilai luhur warisan nenek moyang suku Jawa.
Tak Kenal Maka Tak Sayang
Bila seandainya saja semenjak kecil saya sudah dibiasakan berbahasa Inggris oleh kedua orang tua saya, maka sudah bisa ditebak bahwa saya tidak akan berkenalan dengan pengetahuan dan kebudayaan Jawa. Sangat mungkin ketika saya tengah berbicara dengan orang lain, maka saya akan lebih mengenal sopan santun ala orang bule ketimbang unggah-ungguh dalam tradisi Jawa.
Dalam unggah-ungguh (tingkatan) berbahasa Jawa, terdiri dari empat, yaitu: ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu,dan krama inggil. Perbedaan kosakata atau pemilihan kata diberlakukan karena adanya perbedaan usia dan tujuannya dalam relasi sosial sehari-hari. Sedangkan bila kita memakai bahasa Inggris, maka tingkatan berbahasa tersebut praktis tidak akan kita temukan.
Dari gambaran di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ternyata pengetahuan dan kebudayaan daerah setempat sangat erat kaitannya dengan bahasa daerah masing-masing, di mana pengetahuan dan kebudayaan daerah tersebut tumbuh dan berkembang.Â
Sehingga otomatis bila bahasa daerahnya tidak kita kuasai, maka hampir mustahil kita akan dapat mempelajari pengetahuan dan kebudayaan daerah tersebut.
Artinya, jika misalnya kedua orang tua kita aslinya berasal dari suku Jawa, maka jika sejak kecil kita tidak diperkenalkan dengan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu, maka hampir bisa dipastikan bahwa kita pun tidak akan mengenal pengetahuan dan kebudayaan asli Jawa.Â
Sebab akan menjadi kesulitan tersendiri manakala kedua orang tua kita tetap keukeuh untuk mengajarkan pengetahuan dan kebudayaan asli Jawa dalam balutan bahasa Inggris. Sehingga sudah bisa diprediksi bahwa ungkapan "Tak kenal maka tak sayang" pun akan berlaku.
Bila sejak kecil seorang anak tidak mengenal pengetahuan dan kebudayaan Jawa; bagaimana mungkin dia akan mencintainya? Bila sejak kecil seorang anak tidak mengenal pengetahuan dan kebudayaan Makassar; mana mungkin di saat dewasa nanti anak tersebut bisa kita harapkan untuk melestarikan kebudayaan asli Makassar?
Bahasa Ibu dan Budaya Menulis
Mungkin antara bahasa ibu dan budaya menulis tidak mempunyai hubungan yang berkaitan lurus satu sama lain. Karena banyak dijumpai, para penulis yang menghidupi budaya menulis dalam hidupnya namun tidak menuturkannya dalam bahasa ibu yang mereka kuasai.