Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Makna Kesabaran dari Cerita Rakyat "Legenda Lok Si Naga"

10 Januari 2021   22:18 Diperbarui: 10 Januari 2021   22:23 2877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naga Air (Sumber ilustrasi: https://www.deviantart.com/sheer-madness)

Setibanya di rumah, Abah dan Mama mendapati anak semata wayangnya sedang tertidur pulas. Karena diserang rasa lapar yang begitu hebat, maka tanpa berpikir lagi, Abah dan Mama itu kemudian segera memasak telur raksasa itu dalam sebuah periuk besar yang terbuat dari tanah liat.

Setelah dirasa masak, maka telur raksasa itu pun mereka jadikan lauk untuk menemani santap malam mereka berdua. Dengan lahapnya mereka menikmati telur tersebut. Dan tanpa mereka sadari, sedikit demi sedikit tubuh keduanya pun mengalami perubahan wujud secara ajaib!

Perlahan namun pasti, kulit tubuh mereka mulai bersisik dan sisik-sisik yang bermunculan itu berwarna putih keperakan. Kaki keduanya pun kemudian lenyap dan berganti dengan ekor yang kian lama kian memanjang.

Bentuk tubuh mereka juga lambat laun seperti membengkak dan berukuran besar. Dan dalam sekejab, Abah dan Mama menyadari bahwa diri mereka berdua telah sama-sama berubah menjadi dua ekor naga putih yang berukuran besar dan panjang.

Saat baru saja menyadari kenyataan tersebut, tiba-tiba anak laki-laki mereka terjaga dari tidurnya. Betapa terkejutnya dia karena mengetahui bahwa di rumahnya sekarang terdapat dua ekor naga berwarna putih yang menyeramkan. Anak itu sempat berteriak, namun pada akhirnya Abahnya berhasil menenangkan dirinya.

Sebelum pergi, Abah dan Mama anak laki-laki itu sempat berpesan agar bila ia merindukan kedua orang tuanya, maka anak laki-laki itu dapat pergi ke tepi sungai.


Selain itu, jika di suatu ketika dia mendapati air sungai tiba-tiba berbuih dan berwarna putih, maka itu artinya kedua orang tuanya telah menang melawan Naga Air atau dikenal juga dengan julukan Naga Putih. Dan sebuah tanda di langit akan menyertai peristiwa tersebut, yaitu terjadinya hujan deras dengan petir menggelegar.

Namun apabila seandainya air sungai berbuih warna merah darah, maka dapat dipastikan bahwa Naga Putih telah berhasil mengalahkan kedua orang tuanya. Bahkan tidak menutup kemungkinan saat itu Abah dan Mamanya telah tiada.

Bagi Kompasianers atau pembaca artikel ini yang sudah pernah menyimak legenda yang satu ini, tentu sudah bisa menebak akhir kisahnya. Sampai di akhir hayatnya, si anak laki-laki yang kemudian tumbuh dewasa dan akhirnya menua itu, tidak pernah berjumpa dengan Abah dan Mamanya.

Sebenarnya pesan moral yang hendak dibagikan oleh sang empunya cerita adalah tentang "kesabaran" dan penerapannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Barangkali jika Abah dan Mama si anak laki-laki tersebut mau bersabar dan menunggui tangguknya hingga hari menjelang malam, mungkin si Naga Putih yang diyakini sebagai penguasa setiap aliran sungai yang ada akan mengaruniakan rezeki istimewa kepada keduanya.

Berulangkali tangguk yang mereka letakkan di dalam sungai selalu terisi oleh telur raksasa "keramat" milik si Naga. Tentu peristiwa yang berlangsung berulang kali itu sebenarnya punya maksud tertentu. Ibarat sebuah peristiwa dalam hidup kita sehari-hari yang bisa jadi terulang beberapa kali. Namun apakah kita menjadi peka terhadap keganjilan yang terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun