Benar apa yang baru saja dikatakan oleh si matahari. Sejurus kemudian, cuaca mendadak berubah. Angin bertiup sangat kencang, disertai guyuran hujan dari atas langit.
Pupi kini mulai merasa kedinginan. Bulu-bulunya mulai basah. Kedua sayapnya gemetar tak menentu. Kian lama Pupi merasakan bahwa pegangan tangannya di pundak matahari kian melemah.
Ketika gumpalan awan hitam hampir seluruhnya berlalu, tubuh Pupi si pipit kecil sudah tak nampak lagi di atas punggung matahari. Mungkinkah Pupi terjatuh?
*****
Di suatu pagi yang cerah, di atas sebuah pohon tampak seekor pipit kecil tengah tertidur pulas dalam sarangnya. Pipit itu tak lain adalah Pupi. Tapi mengapa Pupi bisa berada kembali di dalam sarangnya?
"Uahem, hm... di mana aku sekarang ini, ya? Bukankah aku tadi bertamasya berkeliling dunia bersama si matahari? Oh iya, aku ingat sekarang. Tadi aku dan si matahari baru saja diserang segumpalan awan hitam yang jahat. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi..." seloroh Pupi dalam hati.
Bergegas Pupi bangkit dari dalam sarangnya lalu terbang kecil dan bertengger di sebuah ranting dahan.
"Oh, rupanya hari sudah siang sekali! Dan itu, bukankah itu si matahari yang beberapa waktu yang lalu mengajakku bertamasya? Tapi sekarang, si matahari telah berada jauh di atas bukit itu! Berarti..., tadi aku hanya bermimpi. Yah, aku hanya bermimpi! Bermimpi bertemu si matahari dan bertamasya berkeliling dunia," kata Pupi pada dirinya sendiri.
"Aku cuma bermimpi!!!" teriak Pupi lagi sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah matahari yang semakin meninggi.
Banjar, 7 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H