Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Pupi Kecil dan Matahari

7 Januari 2021   10:50 Diperbarui: 7 Januari 2021   10:59 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pupi si Pipit Kecil dan Matahari (Ilustrasi diolah dari umdgenm.org dan maxpixel.net)

Maka demikianlah, pada hari berikutnya Pupi bangun pagi-pagi sekali. Ketika itu langit masih tampak gelap, persis di saat si matahari telah berdiri di hadapan pipit kecil itu.

"Selamat pagi Pupi, ayo naiklah ke punggungku, kita akan pergi bertamasya sekarang. Bergegaslah. Hari sebentar lagi akan siang!" ucap si matahari dengan lembut.

"Baiklah," jawab Pupi sambil bergegas naik ke atas punggung si matahari.

Beberapa saat kemudian, Pupi pun mulai menikmati tamasyanya keliling dunia bersama matahari. Di sepanjang perjalanan, Pupi begitu girang dengan apa yang dialaminya kini. Semua mimpi yang selama ini hanya ada dalam angan-angannya, sekarang telah menjadi kenyataan!

Di atas punggung si matahari, Pupi dapat melihat hamparan pemandangan indah yang membentang luas di bawah sana.

Sawah-sawah dengan tanaman padi yang hampir menguning, deretan pepohonan di hutan belantara nan berjajar rapi kehijauan, aliran sungai yang sambung menyambung satu sama lain, samudra biru yang maha luas dengan ombak putihnya yang menakjubkan, hamparan tanah yang terlihat subur ditumbuhi beraneka macam tanaman, juga pemandangan-pemandangan menakjubkan lainnya yang selama ini hanya ada dalam khayalannya saja. 

"Mimpiku kini telah menjadi kenyataan! Terima kasih matahari, terima kasih Tuhan," seru Pupi lirih dalam hati.

Tak terasa waktu mulai beranjak siang. Meski sejak subuh tadi Pupi terus-menerus bercakap-cakap dengan si matahari, namun percakapan itu masih terus berlanjut. Sekali waktu terdengar tawa Pupi yang lucu dan menggelikan.

Sampai pada suatu ketika, tiba-tiba si matahari membisikkan sesuatu di telinga Pupi:

"Pupi, lihatlah di arah barat sana! Sepertinya sebentar lagi akan ada sekumpulan awan hitam yang lewat di depan kita. Berpeganglah erat-erat di pundakku agar engkau tidak terjatuh! Bersiap-siaplah Pupi, jangan sampai engkau terjatuh!"

"Baik matahari, aku akan berpegangan erat pada pundakmu," jawab Pupi gemetar dan takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun