Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Pupi Kecil dan Matahari

7 Januari 2021   10:50 Diperbarui: 7 Januari 2021   10:59 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pupi si Pipit Kecil dan Matahari (Ilustrasi diolah dari umdgenm.org dan maxpixel.net)

Tanpa disangka-sangka, angin topan yang sangat kencang mendadak muncul. Pupi bermaksud terbang menghindar. Namun terlambat. Angin itu telah membawa tubuh Pupi terbang entah ke mana. Di saat yang lain, Pupi sepertinya telah jatuh pingsan dan tak ingat apa-apa lagi.

Rupa-rupanya tubuh Pupi kecil melayang-layang hingga kemudian terjatuh di puncak sebuah bukit yang sangat tinggi. Lambat laun Pupi mulai siuman dari pingsannya ketika senja mulai menapaki cakrawala.

"Di mana aku? Apakah aku masih hidup? Tempat ini kelihatannya aneh..." seru Pupi penuh tanda tanya dalam hati.

Saat mulai membuka matanya lebar-lebar, betapa terkejutnya Pupi. Ia tak percaya dengan apa yang kini dilihatnya.

"Oh, benarkah engkau si matahari? Si matahari yang setiap pagi selalu kulihat dari atas ranting pohon di kejauhan sana?" tanya Pupi pada sosok yang bersinar lembayung terang di hadapannya.

"Benar Pupi, akulah si matahari. Aku yang selama ini selalu kamu lihat muncul dari balik bukit," jawab matahari dengan senyumnya yang ramah.

"Horeee, aku akhirnya bertemu si matahari, aku bertemu si matahari," teriak Pupi kegirangan. "Maukah engkau mengajakku bertamasya keliling dunia esok pagi?" tanya Pupi malu-malu.

"Oh, hohoho... dengan senang hati, Pupi. Sekarang beristirahatlah dulu. Esok pagi kita akan berangkat bersama-sama dari atas bukit ini. Siapkan dirimu baik-baik, sebab perjalanan kita esok hari akan cukup melelahkan. Seharian penuh engkau akan berada di angkasa raya bersama denganku. Dan, sepanjang hari itu kamu tidak bisa pergi ke mana-mana sebelum senja tiba." ucap matahari panjang lebar.

"Iya, iya..." sahut Pupi sembari mengangguk-angguk tanda setuju.

"Nah Pupi, sekarang tidurlah dengan tenang! Sampai bertemu lagi esok pagi di tempat ini," pesan matahari sebelum ia mulai menghilang sedikit demi sedikit ditelan awan.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun