"Kalian pasti bisa, kalian pasti mampu. Saya percaya Biara Susteran ini akan selesai Oktober 2008 nanti, karena akan diberkati Uskup Larantuka," begitulah ucapan Bapak Uskup mengobarkan semangat umatnya.
Sejak kedatangan kami, Bapak Uskup menyalami setiap orang dengan begitu ramah, bahkan beliau menyempatkan diri untuk berfoto bersama di depan Gereja dengan anak-anak di Stasi Surian. Bapak Uskup tampak hangat merangkul dan menyalami anak-anak kecil ini satu persatu, sebuah perhatian yang mengisyaratkan jiwa kebapaan beliau yang begitu mendalam.
Tak terasa hari hampir menjelang malam. Bapak Uskup segera mengajak kami kembali ke Paroki Tanjung. Kijang warna biru yang membawa kami pun beranjak berlahan meninggalkan Desa Surian dengan berjuta kesan. Di sepanjang jalan, kami melihat lambaian tangan umat setempat yang tampak gembira mendapat kunjungan dari Bapak Uskup hari itu.
Di sebuah rumah, Bapak Uskup mengajak singgah sebentar untuk mengunjungi salah seorang umat Surian. Bapak Uskup segera menanyakan keadaan salah seorang anaknya yang dikabarkan sakit beberapa waktu sebelumnya. Â Anak yang dimaksud Bapak Uskup pun keluar, dan Bapak Uskup segera mengajaknya berdoa bersama. Jujur saja, saat itu saya merasa terharu!
Pulang ke Banjarmasin, Rela Tertidur di Jok Belakang
Setibanya di Tanjung, kami semua dijamu makan malam oleh suster-suster SPM. Setelah itu kami beristirahat. Pukul 03.00 subuh, kami bersiap-siap untuk kembali ke Banjarmasin. Setelah menikmati minuman hangat, kami berpamitan dengan Sr. Valentine, SPM dan Sr. Robertha, SPM.
Saya dipersilahkan Bapak Uskup untuk duduk di depan, sedangkan Bapak Uskup memilih kursi tengah. Pukul 03.15 WITA mobil meluncur melintasi jalanan yang dingin dan lengang. Tikungan demi tikungan kami lewati, sekali waktu saya tertidur, lalu terbangun lagi, begitu seterusnya.
Dalam suatu kesempatan, saya memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Dan hati saya makin kagum manakala saya melihat Uskup Prajasuta, MSF tertidur pulas di kursi mobil. Beliau benar-benar rendah hati dan sungguh-sungguh menjalankan tugasnya sebagai Gembala dengan sebaik mungkin.
Meski usianya mulai beranjak senja, namun beliau masih menjalankan tugasnya dengan semangat muda! "Apa ada ya Uskup jaman sekarang yang seperti beliau? Yang rela tidur di jok mobil dalam perjalanan di tengah pagi buta? Bukankah semestinya beliau saat ini masih tidur di kamar dan baru meneruskan perjalanan esok hari?" ucap saya membatin.
Terimakasih Bapak Uskup atas pengalaman dan kebersamaan yang boleh saya alami. Terimakasih sudah memberikan telada yang begitu berharga bagi saya sebagai orang muda. Doakan kami Monsinyur, doakan kami yang masih berjuang dan berziarah di dunia ini.
Bersambung pada tulisan berikutnya dengan judul "Meneladani Uskup Prajasuta"