Waktu pun berlalu begitu saja. Setelah berbuka puasa dan salat Magrib yang terakhir kalinya di bulan Ramadan 1440 H; Lehman ikut serta Abahnya pergi menjalankan salat Isya berjamaah dan mengikuti malam takbiran di Masjid Al-Karomah Martapura.
Suasana malam takbiran di Kota Martapura begitu meriah. Di mana-mana terdengar lantunan gema takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai tanda syukur bahwa Idul Fitri akan segera tiba esok hari.
Kisah Perjalanan ke "Alam Roh"
Waktu hampir menunjukkan pukul 23.00 Wita, saat Lehman dan Abah berjalan bergegas meninggalkan masjid menuju ke rumah mereka, yang terletak tak jauh dari kawasan Pasar Cahaya Bumi Selamat.
Dalam perjalanan tersebut, tiba-tiba Abah bertanya kepada Lehman, "Lehman, kayapa tadi ikam bajalanan dengan Kai Ali subuh-subuh ke Desa Alam Roh?"
"Jauh banar, Bah ai. Kami lewat Jalan Martapura Lama, lalu kearah Kecamatan Sungai Tabuk. Dari situ hanyar kita menuju Desa Pakualam," jawab Lehman sembari berjalan melenggang di sisi Abahnya.
"Beapa ikam dengan Kai Ali di situ?" tanya Abah lagi.
Lehman menghentikan langkahnya ketika mereka sampai di sebuah tikungan jalan. "Kami ziarah kubur, Bah ai. Kalau tidak salah tadi kami ziarah ke makam Datu Djantera dan para sahabatnya pejuang Kalimantan."
"Mantap banar, ikam nih! Abah dan Mama himung banar jika ikam mempunyai jiwa dan semangat patriotisme seperti leluhur kita. Makam yang ada di Desa Alam Roh itu adalah makam Datu Djantera dan para tentara anggota Divisi ALRI IV Pertahanan Kalimantan." Kata Abah sambil menepuk pundak Lehman berkali-kali.
Di saat berikutnya Lehman mulai menarik lengan Abahnya agar berjalan lebih cepat lagi supaya bisa segera tiba di rumah.
Setelah sampai di rumah, Lehman dan Abah segera membersihkan tangan dan kaki mereka; sebelum duduk di ruang tengah untuk melanjutkan perbincangan. Di meja kini telah terhidang kelelepon dan teh hangat.