Dengan demikian, pemaknaan kalap belanja makanan saat Ramadan kurang tepat. Karena pada umumnya warga masyarakat yang berbelanja di pasar wadai di kampung-kampung atau yang lokasinya terdekat dari tempat tinggalnya, "hanya membeli" wadai dan makanan sesuai keperluan untuk berbuka puasa. Bila sekilas tampak memborong, itu dikarenakan jumlah menu makanan yang dibeli pada saat bersamaan ada beberapa macam.
Sekalipun pasar wadai tampak ramai setiap hari, namun mereka-mereka yang berkunjung ke sana setiap harinya belum tentu orang yang sama. Logikanya sama seperti apa yang terjadi di pasar tradisional pada umumnya, entah itu pasar yang menjual pakaian, bahan makanan, atau perkakas rumah tangga.
Peninjauan Ulang Makna Fenomena dan Kalap Belanja Makanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring disebutkan bahwa kata "fenomena" diantaranya mempunyai makna hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.
Sehingga aktivitas atau kegiatan masyarakat yang tampaknya "kalap belanja" makanan untuk menu berbuka puasa, dapat dijadikan sebagai studi ilmiah. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara pasti, apakah apa yang kita saksikan dengan pancaindra dapat merepresentasikan fenomena kalap belanja yang kita amati tadi.
Sedangkan kata "kalap" bisa bermakna lupa diri ketika melakukan sesuatu. Jadi ketika kata kalap disandingkan dengan kata belanja, maka makna yang muncul adalah keadaan lupa diri ketika belanja. Entah itu belanja makanan, pakaian, dan lain sebagainya.
Yang patut kita renungkan adalah, apakah memang benar saat berbelanja makanan untuk menu berbuka puasa kita melakukannya dalam keadaan kalap (lupa diri)? Saya percaya sebagian besar dari kita pasti akan menyangkal ungkapan tersebut, karena memang dalam realitasnya kita membeli makanan sesuai dengan keperluan kita atau keluarga kita masing-masing. Setuju, bukan?
Apa yang terjadi tentu sudah kita rencanakan sebelumnya. Biasanya perencanaan itu pun sudah kita diskusikan bersama anggota keluarga yang lain, misalnya untuk menentukan jenis lauk-pauk, sayuran, buah-buahan, wadai, dan menu lainnya yang akan kita santap bersama saat waktu berbuka tiba.
Jadi secara logis, warga masyarakat berbelanja di pasar wadai sesuai kebutuhannya masing-masing dan menyeimbangkannya dengan jumlah anggaran yang tersedia. Bila tidak pergi ke pasar wadai, mungkin mereka memasak sendiri di rumah. Melakukan aktivitas memasak bersama di rumah tentu menjadi wujud kebersamaan yang mengasikkan.
Sehingga bila ada orang yang kelihatannya kalap berbelanja makanan di pasar wadai, bisa jadi ia baru pertama kali datang ke tempat tersebut. Atau bisa jadi sedang terserang keinginan untuk merasakan semua jenis wadai dan makanan yang disajikan para penjualnya. Siapa tahu ia sudah lama tidak pergi ke pasar wadai atau baru pulang mudik dari luar pulau atau bahkan luar negeri.
"Ulun kacar malihat wadainya, lalu ai ulun tukari wadainya sabarataan!" (Saya ngiler melihat kuenya, lalu saya kemudian memborong semua kue yang ada!).