Berdasarkan hitung-hitungan tersebut, sambung dia, industri besar saat ini tentu sedang menunggu untuk memproduksi kompor biomassa ini. Pasalnya, sumber biomassa sangat melimpah di seluruh tanah air, seperti dari limbah pertanian, perkebunan hingga ke sampah organik.
Pada sisi lain, sebagian besar kebutuhan LPG di Indonesia diperoleh dari impor dari pasar internasional, baik dalam bentuk jadi atau crude oil. LPG masih harus impor secara langsung sebesar 60 persen, hasil pengilangan dalam negeri 20 persen, dan dari lapangan gas 20 persen.
Pertanyaannya, “Rakyat menikmati kenyamanan LPG dengan harga kurang dari separo harga sesungguhnya. Sampai kapan keuangan pemerintah mampu mendukung?” pungkas Nurhuda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H