Mohon tunggu...
Agung Wredho
Agung Wredho Mohon Tunggu... karyawan swasta -

My goal become good citizens

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menyalakan Kembali Kompor Biomassa

20 Agustus 2015   07:30 Diperbarui: 20 Agustus 2015   07:30 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nurhuda begitu bersemangat karena sejatinya telah meneliti dan mengembangkan kompor biomassa dengan sistem gasifikasi terpanaskan dan pembakaran secara turbulen. Kompor tersebut terinspirasi kompor biji jarak karya Profesor Eko.

“Dulu, ketika saya melihat karya pak Eko, terbersit dalam benak saya, kenapa kok enggak pakai kayu saja yang lebih melimpah ketersedianya ketimbang biji jarak? Dari situ kemudian muncul ide membuat kompor biomassa,” kata Nurhuda, kepada Koran Jakarta, di Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu.

Sejurus kemudian, Guru Besar FMIPA itu mengerahkan mahasiswa bimbingannya yang hendak menyelesaikan tugas akhir untuk meneliti dan mengembangkan kompor biomassa, terutama terkait efisiennya. Mereka pada awalnya mereplikasi beberapa desain kompor biomassa yang ada di internet. Namun beberapa skema di internet tersebut fungsinya ternyata tidak sesuai harapan. “Akhirnya kami berjalan dengan ide sendiri dan alhamdulillah bisa berhasil,” tutur Nurhuda.

Prinsip sistem kompor gasifikasi terpanaskan, bahan bakar dibakar secara parsial dengan menggunakan pasokan udara terbatas, kemudian asap tersebut dibakar dengan pasokan udara sekunder. Walhasil, nyala api yang lebih bersih ketimbang pembakaran langsung. Tungku dengan pembakaran dua tahap itu kemudian mereka sebut sebagai tungku gasifikasi.

Namun skema tersebut memunyai banyak kendala. Mereka kemudian mencoba menggunakan mekanisme pemanasan terlebih dahulu (pre-heating), dimana udara primer yang digunakan untuk menbakar bahan bakar secara parsial mendapatkan pemanasan pendahuluan.

“Ibaratnya, mesin kendaraan kalau masih dingin kurang lancar jalannya, namun setelah panas, menjadi lebih lancar” papar Nurhuda.

Selain itu, mereka menggunakan mekanisme counter flow burning, dimana udara sekunder yang membakar asap arahnya dibuat menentang arah asap yang bergerak vertikal. Gerakan mengaduk atau turbulen ditimbulkan aliran gasifikasi terpanaskan dan aliran udara sekunder. Mekanisme itulah yang menyebabkan bisa lebih efisien dibandingkan kompor pada umumnya.

“Efisiensi kompor biomassa kami relatif tinggi dibandingkan dengan kompor biomassa sejenis. Kualitas nyala api juga lebih bersih,” klaim pria yang mendapat gelar Dr rer nat dari Fakultat fur Physik, Universitat Bielefeld, Jerman.

Selain itu, pengguna tidak perlu menunggui api, karena api dapat menyala terus lebih dari 1 jam tanpa penambahan bahan bakar. Bila digunakan bahan bakar pellet, nyala api praktis bebas asap seperti halnya kompor minyak tanah. Adapun alternatif bahan bakar selain pellet adalah cangkang sawit kasar, kulit kemiri, atau buah busuk kelapa sawit.

Kini, Nurhuda terus berusaha menyempurnakan kompor biomassa yang telah dijual kurang dari 200 ribu rupiah di pasaran agar bisa benar-benar bersaing dengan kompor gas. “Mungkin perlu dipikirkan bagaimana cara menghidupkan api secara instan, penambahan bahan bakar secara kontinyu sehingga dapat digunakan untuk memasak dalam waktu lama, misalkan hingga 3 jam,” harap dia. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun