Desa Tancep Gunungkidul Jogjakarta punya nilai sejarah. Ada inipenandanya. Dua tugu batas wilayah Jogja dan Solo. Kini masih tegar tertancap dengan kondisi yang mantab.
Inilah bentuk dari catatan sejarah di dekat tempat tinggalnya. Dan bisa dikabarkan kepada sanak saudara semuanya.
Bisa dilihat cukup dengan gowes. Dan bahkan kawan dari Klaten juga demikian. Gowes ke tugu Giyanti yang menyimpan nilai  historisnya.Â
Sebuah bukti akurat.Â
Bukti fisik adanya perjanjian Giyanti kala itu. Berupa Tugu dan itu telah jadi cagar budaya.Â
Bagi warga setempat adanya tugu adalah  tetap menjadi tanda bersejarah. Peristiwa penting dengan adanya pihak penjajah yang merugikan.Â
Kepintaran Belanda kala itu yang memecah wilayah menjadi dua. Padahal dulunya adalah satu kawasan.Â
Menyimak soal batas itu tak sesederhana pada saat ini. Ada kejadian yang penting. Terutama misi penjajah yang licik itu. Dan kita menjadi objeknya.
Wilayah yang dipecah-pecah dan dipropaganda. Tentu agar mereka saling bermusuhan.
Tugu Giyanti saat kini. Untuk edukasi.Â
Bagi kita ini jadi pelajaran Agar tetap menjaga persatuan. Jangan mudah diadu domba.
Pasca Belanda pergi ada beberapa jejak peninggalannya. Kala itu sekitar Tancep sebagai daerah perkebunan tebu . Ada bekas sumur bor. Untuk pengairan dan untuk minum sepur uap.Â
Montit ada yang menyebutnya. Jalur kereta api uap berupa rel. Dan penemuan mata air yang besar.Â
Di Tancep mata airnya deras. Padahal di lereng bukit.Â
Tentunya ini eksotisnya dan bisa dilacak hingga saat ini. Soal peninggalan kala itu. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H