Kopi di cangkir saya sudah hampir habis ketika teman saya, Bayu, memulai obrolan yang - Â 'jujur saja' - agak mengejutkan.
"Bro," katanya sambil menatap meja, "gue merasa nggak se-fit dulu. Di ranjang juga... yah, rasanya nggak seperti waktu gue masih 20-an." Saya diam sejenak, lalu menatapnya sambil tersenyum kecil. "Kamu yakin ini tentang usia?" tanya saya, mencoba membuka percakapan. Bayu mengangkat bahu, wajahnya penuh kebingungan.
"Apa maksud kamu di Ranjang, Bay?" tanya saya lebih dalam.
"Gue cepet selesai .. dan ... 'Tongkat' gue, kata istri gue, nggak sekeras dulu. Lagi pula rasanya capek banget. Paling hanya seminggu sekali."
Saat itulah saya mulai bicara tentang metabolisme. Percakapan itu membawa kita ke inti masalah: vitalitas pria, termasuk performa di ranjang, ternyata sangat erat kaitannya dengan metabolisme yang sehat. Ya, semua ini lebih dari sekadar usia. Dan percaya atau tidak, topik ini tidak cuma relevan buat Bayu, tapi juga buat banyak pria di luar sana.
Kita mulai dengan dasar. Metabolisme adalah serangkaian proses di tubuh yang mengubah makanan dan minuman menjadi energi. Ibarat mesin mobil, metabolisme adalah mesinnya, sementara bahan bakar berasal dari makanan yang kita konsumsi. Kalau mesinnya tidak terawat, performa mobil bakal menurun. Tubuh kita sama saja. Kalau metabolisme terganggu, efeknya langsung terasa di berbagai aspek, termasuk vitalitas.
Metabolisme yang lambat seperti mesin mobil yang kotor. Tubuh jadi kurang efisien mengolah energi, produksi hormon penting terganggu, dan aliran darah tidak optimal. Padahal, aliran darah yang baik itu kunci vitalitas, termasuk untuk fungsi pria di ranjang.
Bayu mengangguk-angguk waktu saya jelaskan bahwa hormon testosteron adalah salah satu komponen penting untuk pria. Hormon ini tidak cuma bikin pria punya otot yang lebih kuat atau suara yang lebih dalam, tapi juga memengaruhi gairah seksual dan stamina.
Nah, metabolisme yang sehat membantu tubuh memproduksi dan menjaga keseimbangan hormon ini. Sebaliknya, jika metabolisme terganggu, produksi testosteron bisa menurun. Dampaknya? Stamina menurun, gairah memudar, dan performa tidak seprima dulu.
Misalnya, tubuh pria dengan metabolisme sehat lebih mudah menjaga berat badan agar tidak berlebih, otot lebih kuat, dan energi lebih banyak. Semua itu berkontribusi langsung pada vitalitas, baik di luar maupun di dalam ranjang.
Saya tanya Bayu apa yang biasanya dia makan sehari-hari. Ternyata, makanan cepat saji sering jadi pilihan praktisnya. Saya tidak heran. Pola makan seperti ini bisa mengganggu metabolisme, apalagi kalau terlalu banyak gula, karbohidrat olahan, dan lemak trans.
Sebaliknya, makanan kaya nutrisi seperti protein, lemak sehat, dan serat justru mendukung metabolisme. Misalnya, telur, ikan, alpukat, dan sayuran hijau adalah pilihan yang sangat baik. Mereka tidak cuma mendukung produksi testosteron, tapi juga membantu tubuh mengolah energi dengan lebih efisien.
"Jadi, kalau gue mulai makan sehat, efeknya bakal langsung terasa ya?" tanya Bayu dengan mata berbinar. Saya mengangguk sambil berkata, "Mungkin nggak langsung dalam hitungan hari, tapi kamu bakal mulai merasa lebih bertenaga, lebih fokus, dan... yah, kamu tahu lah."
Selain pola makan, aktivitas fisik juga penting. Bayu mengeluh bahwa dia jarang olahraga, dan saya langsung tahu itu salah satu penyebab masalahnya. Olahraga seperti latihan kekuatan atau kardio membantu meningkatkan aliran darah, membakar lemak, dan merangsang produksi hormon testosteron.
Saya kasih dia tantangan sederhana: jalan cepat atau jogging selama minimal 30 menit sehari, ditambah latihan beban ringan dua kali seminggu. "Bikin tubuh kamu aktif," kata saya. "Metabolisme kamu bakal meningkat, dan itu bakal terasa di semua aspek kehidupan."
Percakapan kami berlanjut ke topik lain yang sering dianggap sepele: stres dan tidur. Saya tanya Bayu apakah dia sering merasa stres. Jawabannya, tentu saja, iya. Stres kronis meningkatkan hormon kortisol yang bisa mengganggu produksi testosteron. Ditambah lagi, kurang tidur sering kali memperburuk masalah ini.
Saya sarankan dia untuk mulai rutin meditasi ringan atau yoga, dan pastikan tidur berkualitas setiap malam. "Tubuh kamu butuh waktu buat memperbaiki dirinya sendiri," kata saya.
Bayu tampak lebih optimis di akhir percakapan kami. "Gue nggak nyangka kalau vitalitas gue sebenarnya bisa diperbaiki," katanya. Saya tersenyum, lalu menambahkan, "Vitalitas itu kayak investasi, Bay. Kamu jaga metabolisme kamu, dan kamu bakal dapat dividen di banyak aspek hidup, termasuk yang kamu sebutin tadi."
Obrolan itu jadi pembuka buat Bayu---dan mungkin juga buat kamu yang membaca ini---untuk mulai memperhatikan metabolisme. Kesehatan itu bukan soal usia, tapi tentang bagaimana kita merawat tubuh kita.
Dengan metabolisme yang sehat, bukan cuma vitalitas di ranjang yang meningkat, tapi juga energi, kepercayaan diri, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Jadi, siap untuk mulai investasi di kesehatan kamu?
Kopi saya habis! Mau traktir saya kopi lagi agar cerita kita lebih panjang?
Salam sehat
Agung Webe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H