Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

'Loop' - Misteri Kehidupan Jena Artha Lestari

29 April 2024   02:33 Diperbarui: 29 April 2024   02:49 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam pengalaman antara nyawa dan kematian ini, Jena bertemu kembali dengan sosok yang tampak akrab namun tak dapat ia kenali. Sosok itu, bercahaya dengan intensitas yang menenangkan, berbicara dengan suara yang meresap ke tulangnya,

"Apa yang kamu cari, Jena? Apa makna yang kamu kejar?"

Pertanyaan itu menggema, tidak hanya di telinganya tapi juga di jantungnya. Dalam kebingungan antara dua dunia, Jena mencoba merangkai jawaban, tetapi kata-kata terasa terlalu berat untuk diucapkan. Di saat itulah, realitas kembali menyeretnya---suara bip dari monitor yang menjadi lebih cepat, suara dokter yang memberi instruksi mendesak, dan rasa dingin dari stetoskop yang menyentuh kulitnya.

Kembali di ruang gawat darurat, pertarungan antara hidup dan mati berlanjut, dengan Jena di pusat semua perhatian dan doa. Keluarga dan teman-temannya berpegangan tangan, lingkaran doa terbentuk di sekitar tempat tidurnya. Setiap desah napas yang terdengar dari ventilator, setiap bip panjang dari monitor, menambah ketegangan yang sudah terasa berat.

Dalam momen-momen yang mendebarkan ini, pikiran Jena melayang ke dalam suatu keadaan yang tidak terdefinisi---sebuah antara yang tak pasti. Di sana, dalam kekosongan yang mengelilinginya, ia mendengar kata-kata kuno dari filsuf Socrates yang dulu berkata,

"Sejauh manusia tidak tahu apa itu hidup, tidak seorang pun tahu apa itu kematian." Kata-kata itu bergema dalam pikirannya, memberikan perspektif mendalam tentang dilema yang sedang ia hadapi.

Mungkin, seperti yang diajarkan Socrates, kehidupan dan kematian bukanlah dua keberadaan yang terpisah tetapi dua sisi dari satu koin yang sama. Mungkin apa yang kita takutkan sebagai akhir hanyalah transisi ke bentuk eksistensi lain. Dengan pemikiran ini, Jena merasa secercah kedamaian di tengah badai kekacauan yang terjadi di sekitarnya. Jantungnya, yang dipantau oleh mesin-mesin yang berbunyi tak henti-henti, berdebar tidak hanya dalam rasa takut tetapi juga dalam penerimaan akan apa pun yang mungkin terjadi berikutnya.

Di ruang yang dipenuhi suara mesin dan bip monitor, Jena, terbaring di antara kabut kesadaran dan kegelapan, merenungkan kata-kata yang pernah dibaca dari seorang sufi klasik, Rumi: "Jangan takut ketika jiwa kamu menyeberang dari dunia yang terlihat; karena kamu pasti berada di alam yang abadi, kamu hanya mengenakan pakaian yang tidak abadi."

Di ambang antara hidup dan mati, Jena merasakan kebenaran kata-kata tersebut meresap ke dalam jiwanya. "Apa mungkin, bahwa apa yang kita lihat sebagai kematian, hanyalah sebuah pembebasan dari ikatan duniawi ini?" pikirnya, mencoba menenangkan hati yang diliputi kecemasan.

Dia membayangkan dirinya mengambang, lepas dari semua rasa sakit fisik dan kekhawatiran yang pernah membebani pikirannya. "Mungkin ini bukanlah akhir, melainkan hanya transisi ke keberadaan yang lebih murni---sebuah perjalanan pulang yang telah lama ditakdirkan," batinnya, mengingat ajaran sufi lainnya yang menyatakan bahwa kematian bukanlah kehancuran tapi kembalinya jiwa ke asalnya yang suci.

Seiring detak jantungnya yang berjuang untuk berirama, Jena mengingat kutipan lain dari Rumi: "Kamu bukan setetes di lautan. Kamu adalah lautan dalam setetes." Dialog batin ini memberi Jena kekuatan untuk merangkul ketidakpastian yang menghadang. Dia menyadari bahwa, dalam skema yang lebih luas dari eksistensi, kehidupan dan kematian hanyalah peristiwa yang terus bergulir dalam siklus abadi alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun