Dulu, 20 tahun yang lalu, pada tanggal 26 di bulan April, di Seoul, Korea Selatan, saya sedang berjalan-jalan di sekitar distrik perbelanjaan yang ramai. Mata saya tertarik oleh sebuah toko elegan dengan jendela kaca yang mengkilap, bertabur perhiasan dari berbagai merek terkenal. Di antara gemerlap itu, sebuah nama menonjol: Mont Blanc.
Saya mengenal merek Mont Blanc sejak lama, terutama karena reputasi mereka dalam membuat alat tulis mewah. Namun, saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari saya akan memilikinya sendiri. Saya, yang pada saat itu tidak merasa perlu untuk membeli pulpen mewah, merasa bahwa barang-barang mewah seperti itu hanya ada dalam mimpi.
Tapi saat itulah, di depan toko Mont Blanc di jantung Seoul, sebuah keinginan yang tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam pikiran saya. Saya ingin membeli pulpen Mont Blanc. Saya tidak tahu persis mengapa pikiran itu muncul, tetapi keinginan itu begitu kuat sehingga sulit untuk diabaikan. Tanpa berpikir dua kali, saya melangkah masuk ke dalam toko.
Suasana di dalam toko Mont Blanc begitu mewah dan elegan. Terpajanglah puluhan model pulpen, setiap yang satu tampak lebih mewah dari yang lain. Mata saya terpaku pada sebuah pulpen yang terletak di tengah-tengah toko. Itu adalah Mont Blanc yang terkenal karena keanggunannya yang klasik. Saya merasakan sentuhan pulpen yang halus dan melihat lapisan kuning yang berkilauan. Rasanya seperti menyentuh karya seni yang hidup.
Seorang penjaga toko yang ramah mendekati saya. Dengan senyum hangat, ia menanyakan apakah saya membutuhkan bantuan. Saya menunjuk pada pulpen yang telah memikat hati saya.Â
Setelah memberikan penjelasan tentang berbagai fitur dan kualitasnya, penjaga toko memberi tahu saya tentang harga pulpen itu. Empat juta lima ratus ribu rupiah.Â
Terus terang, di antara pulpen yang ada, di samping saya memilhnya karena model klasik, namun di antara pulpen yang lain, harga pulpen itulah yang masih sanggup saya bayar.
Pertama-tama, angka itu terasa seperti berat. Empat juta lima ratus ribu rupiah untuk sebuah pulpen mungkin terdengar seperti uang yang berlebihan bagi sebagian orang.Â
Bagi saya yang pada saat itu bekerja tidak menggunakan pulpen, jumlah itu terasa sangat besar. Tapi kemudian, saya memikirkannya lagi. Pulpen Mont Blanc ini bukan hanya sekedar alat tulis. Ini adalah simbol status, kualitas, dan prestise. Dan seiring berjalannya waktu, pulpen itu akan menjadi investasi dalam karir dan masa depan saya.
Setelah beberapa saat berpikir, saya akhirnya mengambil keputusan. Saya akan membeli pulpen Mont Blanc itu. Ini mungkin menjadi pertama kalinya kesempatan dalam hidup saya untuk memiliki sesuatu yang begitu indah dan berharga. Dengan hati-hati, saya membayar pulpen itu dan meninggalkan toko dengan senyum di bibir saya.
Namun, reaksi teman-teman saya ketika saya mengatakan bahwa saya telah membeli pulpen Mont Blanc tidak seindah yang saya harapkan. Sebagian besar dari mereka tidak bisa memahami mengapa saya harus mengeluarkan begitu banyak uang untuk sebuah pulpen. "Buat apa beli pulpen mahal?" mereka berkata. "Toh nggak kepake juga!" Yang lainnya bahkan lebih jauh dengan mengatakan, "Beli pulpen jutaan akhirnya tetap dorong troley juga."
Mendengar celaan mereka, saya merasa sedikit kecewa. Mungkin saya telah terlalu impulsif dalam mengambil keputusan saya. Mungkin saya seharusnya lebih memikirkannya lagi sebelum membeli pulpen tersebut. Tapi kemudian, saya mengingat alasan di balik keputusan itu. Saya membeli pulpen Mont Blanc itu sebagai investasi dalam diri saya sendiri, dalam impian saya untuk menjadi seorang penulis sukses.
Saat itu, saya sudah memulai perjalanan kecil saya sebagai seorang penulis. Saya menulis blog secara teratur dan mulai mendapatkan pengikut yang setia. Tetapi belum pun belum tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya dalam perjalanan saya dengan kemampuan saya menulis. Kemudian, pada tahun 2004, dua tahun setelah saya membeli pulpen Mont Blanc, saya menerbitkan buku pertama saya!
Pada awalnya, saya tidak benar-benar tahu apa yang akan saya capai dengan menulis. Saya hanya tahu bahwa saya memiliki suatu panggilan untuk berbagi cerita dan pemikiran saya dengan dunia. Tapi seiring waktu berlalu, saya menyadari bahwa menulis adalah panggilan yang lebih dari sekadar hobi atau profesi. Ini adalah cara saya untuk menyampaikan gagasan, mempengaruhi orang lain, dan meninggalkan jejak di dunia.
Pulpen Mont Blanc itu menjadi simbol semangat dan tekad saya sebagai seorang penulis. Meskipun pada awalnya banyak orang yang meragukan kemampuan dan potensi saya, saya tidak pernah menyerah. Saya terus menulis, terus belajar, dan terus berkembang sebagai penulis.
Kemudian, satu per satu, buku-buku saya mulai diterbitkan. Setiap kali saya menyelesaikan naskah baru, saya merasa seperti mencapai puncak gunung yang tinggi. Rasanya tidak ada yang bisa mengalahkan kepuasan melihat karya saya terbit dalam bentuk buku yang nyata.
Namun, di balik kesuksesan itu, ada juga tantangan dan kegagalan yang harus saya hadapi. Ada saat-saat ketika saya merasa frustasi dan putus asa, meragukan kemampuan saya sebagai penulis. Tapi setiap kali saya merasa down, saya selalu mengingat kata-kata bijak dari seorang penulis terkenal, "Menulis adalah tentang menangis pada bagian terberat dalam hidup Anda dan tertawa pada bagian terindahnya."
Saya belajar untuk menerima kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan tumbuh. Setiap kali saya mendapat penolakan dari penerbit, saya melihatnya sebagai kesempatan untuk memperbaiki dan memperkuat karya saya. Dan akhirnya, usaha saya membuahkan hasil. Setiap buku yang saya terbitkan, setiap kata yang saya tulis, adalah bukti dari ketekunan dan keteguhan hati saya sebagai seorang penulis.
Saat ini, pulpen Mont Blanc itu sudah berusia 20 tahun. Meskipun usianya telah bertambah, keindahannya tidak pudar. Setiap kali saya menggenggamnya, saya merasakan kekuatan dan kebanggaan atas perjalanan hidup ini. Pulpen itu adalah saksi bisu dari perjalanan panjang saya melewati susunan kata dan kalimat kehidupan.
Sekarang, ketika saya melihat kembali perjalanan hidup saya, saya menyadari betapa berharganya setiap langkah yang saya ambil. Setiap tantangan, setiap kegagalan, setiap kemenangan telah membentuk saya menjadi saya sekarang. Dan saya tahu bahwa perjalanan saya sebagai seorang penulis belum berakhir. Masih banyak cerita yang harus saya tulis, masih banyak sisi kehidupan yang harus saya bukukan.
Saya teringat kisah seseorang yang memiliki motor tua, ditawar ratusan ribu oleh tukang loak, dan dihargai hanya jutaan oleh bank sebagai jaminan pinjaman. Namun dihargai ratusan juta oleh kolektor motor tua yang tahu nilai motor tersebut. Kisah itu mengajarkan saya bahwa tempat kita dihargai sesuai dengan potensi dan kemampuan kita. Dan kita akan tumbuh berkembang apabila kita berada di lingkungan yang tahu 'harga' kita.
Demikianlah, 20 tahun perjalanan bersama Mont Blanc, saya belajar bahwa di dunia ini, dalam pekerjaan, kita akan dihargai sesuai dengan potensi dan kemampuan kita. Dan pulpen itu, dengan segala cemoohan dan keraguan pada awalnya, telah menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang dan penuh makna dalam hidup saya.
26 April 2004 -- 26 April 2024
Happy Birthday to Me!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H