Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mont Blanc, 20 Tahun Lalu

26 April 2024   02:00 Diperbarui: 27 April 2024   00:05 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, 20 tahun yang lalu, pada tanggal 26 di bulan April, di Seoul, Korea Selatan, saya sedang berjalan-jalan di sekitar distrik perbelanjaan yang ramai. Mata saya tertarik oleh sebuah toko elegan dengan jendela kaca yang mengkilap, bertabur perhiasan dari berbagai merek terkenal. Di antara gemerlap itu, sebuah nama menonjol: Mont Blanc.

Saya mengenal merek Mont Blanc sejak lama, terutama karena reputasi mereka dalam membuat alat tulis mewah. Namun, saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari saya akan memilikinya sendiri. Saya, yang pada saat itu tidak merasa perlu untuk membeli pulpen mewah, merasa bahwa barang-barang mewah seperti itu hanya ada dalam mimpi.

Tapi saat itulah, di depan toko Mont Blanc di jantung Seoul, sebuah keinginan yang tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam pikiran saya. Saya ingin membeli pulpen Mont Blanc. Saya tidak tahu persis mengapa pikiran itu muncul, tetapi keinginan itu begitu kuat sehingga sulit untuk diabaikan. Tanpa berpikir dua kali, saya melangkah masuk ke dalam toko.

Suasana di dalam toko Mont Blanc begitu mewah dan elegan. Terpajanglah puluhan model pulpen, setiap yang satu tampak lebih mewah dari yang lain. Mata saya terpaku pada sebuah pulpen yang terletak di tengah-tengah toko. Itu adalah Mont Blanc yang terkenal karena keanggunannya yang klasik. Saya merasakan sentuhan pulpen yang halus dan melihat lapisan kuning yang berkilauan. Rasanya seperti menyentuh karya seni yang hidup.

Seorang penjaga toko yang ramah mendekati saya. Dengan senyum hangat, ia menanyakan apakah saya membutuhkan bantuan. Saya menunjuk pada pulpen yang telah memikat hati saya. 

Setelah memberikan penjelasan tentang berbagai fitur dan kualitasnya, penjaga toko memberi tahu saya tentang harga pulpen itu. Empat juta lima ratus ribu rupiah. 

Terus terang, di antara pulpen yang ada, di samping saya memilhnya karena model klasik, namun di antara pulpen yang lain, harga pulpen itulah yang masih sanggup saya bayar.

Pertama-tama, angka itu terasa seperti berat. Empat juta lima ratus ribu rupiah untuk sebuah pulpen mungkin terdengar seperti uang yang berlebihan bagi sebagian orang. 

Bagi saya yang pada saat itu bekerja tidak menggunakan pulpen, jumlah itu terasa sangat besar. Tapi kemudian, saya memikirkannya lagi. Pulpen Mont Blanc ini bukan hanya sekedar alat tulis. Ini adalah simbol status, kualitas, dan prestise. Dan seiring berjalannya waktu, pulpen itu akan menjadi investasi dalam karir dan masa depan saya.

Setelah beberapa saat berpikir, saya akhirnya mengambil keputusan. Saya akan membeli pulpen Mont Blanc itu. Ini mungkin menjadi pertama kalinya kesempatan dalam hidup saya untuk memiliki sesuatu yang begitu indah dan berharga. Dengan hati-hati, saya membayar pulpen itu dan meninggalkan toko dengan senyum di bibir saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun