Memang ada kebenaran universal, yaitu kebenaran yang diakui dan juga diterapkan oleh semua kelompok agama. Apa kebenaran universal? Yaitu cinta kasih, kebersamaan, saling menolong, saling membantu, kasih sayang, saling support. Ini merupakan kebenaran universal atau kemuliaan yang dijalankan dengan hal-hal yang sama.Â
Tetapi kebenaran teologi merupakan kebenaran yang ada di dalam satu kelompok agama tersebut. Agama A mempunyai konsep tentang Tuhan sendiri dan itu tidak bisa disamakan dengan konsep teologi agama B. Agama B mempunyai konsep Tuhan sendiri. Agama A mempunyai konsep ibadah sendiri dan itu tidak bisa disamakan. Agama B mempunyai konsep ibadah agama sendiri. Agama A mempunyai konsep simbol-simbol di dalam ritualnya terhadap Tuhan. Masing-masing agama mempunyai konsep dan simbol-simbol ritualnya terhadap Tuhan. Dan ini tidak bisa disamakan.
Kalau agama A ingin menyamakan atau memandang agama B dari konsep teologinya tentang Tuhan maka jelas tidak akan ketemu. Jelas tidak akan sama. Agama B memandang agama A dari sisi konsep teologi dan ibadahnya, ini juga tidak akan ketemu karena masing-masing kebenaran konsep teologi hanya berlaku bagi agamanya sendiri sendiri.
Yang jadi masalah sekarang adalah apabila ada sekelompok agama yang memaksakan konsep teologinya harus sama dan diakui oleh agama-agama yang lain. Nah ini jelas tidak bisa. Kalau kita menyadari bahwa konsep teologi itu berada di dalam kebenaran agamanya sendiri-sendiri, maka kita akan beres dan tidak akan terjadi perdebatan. Tidak akan terjadi perkelahian dan tidak akan terjadi peperangan. Namun banyak yang secara tidak sadar atau secara halus memaksakan konsep teologinya. Untuk apa? Untuk mencari pengikut? Untuk menambah pengikut sehingga dia akan menjadi agama yang paling besar atau agama dengan pengikut yang paling banyak?
Sekarang kita kembali ke masalah apakah agama yang anda ikuti benar atau nyaman? Orang pindah agama ini karena apa sih? Argumen dia memang sekali lagi seperti yang saya katakan di atas, bahwa dia menemukan kebenaran di dalam agama yang baru. Tetapi benarkah dia menemukan agama yang benar di dalam agamanya yang baru?
Pertanyaannya begini: Anda merasa nyaman dengan agama anda lalu kemudian anda mengatakan itu kebenaran, atau Anda menemukan kebenaran dengan agama anda baru kemudian anda mengatakan nyaman? Yang mana yang duluan?
Saya berikan contoh: Ada seorang teman saya yang mengatakan bahwa dia awalnya memeluk agama A yang ritual dan ibadahnya banyak. Kemudian dia bertemu dengan Agama yang ritual ibadahnya tidak relatif banyak dan aturannya juga simpel menurut dia. Nah, kemudian dia mengatakan kepada saya bahwa dia menemukan kebenaran di dalam agama yang baru tersebut. Pertanyaannya kembali lagi: Dia nyaman dengan agama yang baru, kemudian dia mengatakan agama itu benar, atau dia menemukan kebenaran baru kemudian dia nyaman?Â
Kecenderungannya kita tidak mau mengakui bahwa kita menemukan kenyamanan dalam agama kita masing-masing. Bila Anda nyaman dengan satu agama maka anda akan mengatakan bahwa agama itu benar dan anda tidak merasa keberatan dengan segala macam ritual-ritual ibadah yang ada di dalam agama karena Anda nyaman.Â
Namun ketika anda tidak nyaman maka kemudian pikiran anda mulai mencari-cari alasan dan mencari-cari argumen bahwa ada yang tidak benar dengan agama ini. Mengapa saya merasa dipenjara dengan ibadahnya, mengapa ritualnya banyak, mengapa harus begini dan begitu. Segala macem pikiran akan bertanya, mengapa, mengapa, dan mengapa! Karena anda mulai tidak nyaman maka anda mulai membandingkan dengan mencari agama-agama baru yang anda rasa nyaman. Lalu kemudian Anda belajar agama yang lain tersebut dan ternyata lebih nyaman daripada agama sebelumnya.
Ibadahnya mungkin tidak banyak, ritualnya tidak banyak dan Anda nyaman dengan itu semua. Ketika Anda nyaman maka kemudian anda mulai mencari argumentasi bahwa inilah agama yang benar!
Untuk apa seseorang harus pindah agama? Seseorang bisa belajar banyak agama tanpa kamu harus pindah agama. Kalaupun kemudian seseorang pindah agama, bukan berarti agama yang baru itu benar dan agama sebelumnya salah. Ini hanya masalah kenyamanan saja.Â
Bila ada orang lain yang menjalankan satu agama yang berbeda dan dia nyaman dengan konsep agama itu, nyaman dengan konsep teologi agamanya, nyaman dengan konsep ibadah dan ritualnya, ya silakan lakukan dengan total agama yang diyakini tersebut. Jadi dengan menyadari ini kita tidak akan saling berantem tidak akan saling berebut keyakinan bahwa satu agama yang satu lebih benar dari yang lain. Tuhan yang satu lebih benar dari Tuhan yang lain.