Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Writer, Mari Bergeser Menjadi Writerpreneur

13 Oktober 2018   08:00 Diperbarui: 14 Oktober 2018   11:16 1712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, mulai mencoba theme toko online yang dikembangkan secara serius. 

Saya punya seorang teman, penulis yang sudah menerbitkan empat buku di penerbit mayor. Saat itu dia mengeluh, "Royalti saya bulan ini tidak cukup untuk membelikan raket badminton anak."

Melihat dari kasus tersebut, coba kita hitung secara sederhana (bukan buku best seller) yang dialami oleh penulis pada umumnya yang rata-rata penjualan bukunya sekitar 50 eksemplar buku dalam sebulan. 

Royalti akan dibayarkan setiap enam bulan, jadi penjualan dalam enam bulan adalah 300 eksemplar. Harga bukunya di toko buku adalah 80.000, maka royallti yang diterima setiap buku adalah 8000 rupiah. 

Pada bulan keenam dengan 300 eksemplar penjualan ia akan menerima 2.400.000 (dua juta empat ratus ribu rupiah). Pajak yang dipotongkan adalah 15%, yaitu sebesar 360.000.

Bayangkan, apabila dalam penantian selama enam bulan ia menerima Rp 2.040.000 (setelah potong pajak), maka hal itu sama saja setiap bulan ia hanya menerima penghasilan 340.000 (tiga ratus empat puluh ribu rupiah)!

Jadi pilihan memang di tangan penulis itu sendiri. Apabila ia masih berpijak pada jual beli naskah konvensional, maka ia hanya memasarkan produk kepenulisannya saja dan industri menjadi sepenuhnya milik toko buku dan penerbit buku. Namun apabila penulis mulai menjadikan kepenulisannya sebagai platform, makai a sedang menggerakkan industrinya sendiri.

Bagaimana, apakah Anda sebagai penulis ingin tetap duduk sebagai writer atau ingin mencoba bergeser menjadi writerpreneur?

Salam menulis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun