Sudah biasa bahwa organisasi 'peremuk NKRI' mempunyai kegiatan2 lain sebagai 'pencitraan' agar terlihat sebagai organisasi yang baik hati, tidak sombong dan mendukung Pancasila serta UUD 45.
Ada kegiatan sosialnya, ada kegiatan berbagi, ada kegiatan tolong-menolong.
Sebenarnya ini lagu lama.
Seperti HTI dimana anggaran dasarnya menyebut mendukung Pancasila dan UUD 45. Saya yakin di anggaran dasar FPI juga demikian.
FPI ada bagian gebuk-gebuk, teriak-teriak, ancam-mengancam. Namun ada usaha sosialnya juga. Usaha kebersihan, usaha tolong-menolong.
Bahkan sekelas NII dan GAFATAR punya kegiatan sosial yang besar dengan sekala Nasional yang dinamakan Indonesia Membangun.
Kamuflase kegiatan sosial hanya dijadikan tameng dan berita yang ditaruh di depan ketika ada tudingan bahwa organisasi-organisasi 'Peremuk NKRI' dituding sebagai organisasi yang ingin mengganti ideologi Pancasila.
Atau ada beberapa anggota seperti FPI yang tidak tahu menahu tujuan organisasinya, mereka tahunya adalah pembela agama. Pengikut setia seperti ini yang dengan tulus turun ke jalan, melakukan aksi bersih-bersih atau aksi kegiatan sosial apabila ada bencana dan kekurangan. Namun berita dari mereka yang tulus ini kemudian diekspose sebagai tameng dari tudingan-tudingan sebagai organisasi yang meresahkan.
Mungkin ada benarnya twit dari Buni Yani yang rame diunggah dari twitter:
Dalam akunnya @BuniYani, mantan dosen itu pernah menuliskan status: “Jual agama itu paling gampang, maklum rakyatnya masih bego2 gampang ditipu.”
Tweet pada tanggal 11 Mei 2014